Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis, editor, pengajar yoga

Pemerhati isu-isu kesehatan dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Joint Hypermobility Syndrome: Lentur Tak Selalu Sehat

19 Agustus 2025   18:51 Diperbarui: 19 Agustus 2025   18:51 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelenturan identik dengan sehat dan awet muda tapi jika berlebihan, ia malah bisa membahayakan kesehatan. (Foto: Pexels.com)

Anak Anda atau diri Anda sendiri sering mengalami rasa sakit yang menyiksa di sendi-sendi dan rasa lelah luar biasa setelah beraktivitas fisik? Apakah badan Anda cenderung kurus, kelenturannya melebihi kewajaran? Apakah Anda sering mengalami dislokasi, keseleo atau cedera sendi lain? Apakah sendi-sendi Anda terasa lemah dan otot-ototnya terlalu lemah dan kecil untuk bisa melakukan beragam gerakan saat beraktivitas sehari-hari seperti berdiri dan berjalan kaki? Bisa jadi itu adalah sebagian gejala kondisi khusus bernama joint hypermobility syndrome.

Beberapa waktu lalu saya dihubungi seseorang karena anaknya yang mengeluhkan gejala serupa. Ternyata ia sudah berobat ke banyak tempat dan tak membuahkan hasil. Diagnosisnya simpang siur dan pengobatan malah membuat kondisi pasien memburuk. Begitu berobat di luar negeri, diagonosis yang dikeluarkan tim dokter ialah "joint hypermobility with mechanical pain" atau secara kasarnya adalah kondisi hipermobilitas persendian dengan disertai rasa sakit/ nyeri saat bergerak.

Ia mengetahui saya melalui konten media sosial yang pernah saya bagikan soal hypermobility ini. Sebagai pelaku yoga yang berbadan lentur sejak dulu, saya memang sudah akrab dengan kondisi joint hypermobility ini. Bedanya, saya tidak disertai rasa nyeri saat beraktivitas meski juga saya mengalami mudah lelah setelah berolahraga.

Mengenal Hypermobility

Dalam istilah awam, hypermobility mengacu pada kondisi sebuah badan yang sendi-sendinya memiliki rentang gerak yang lebih besar daripada rentang gerak sendi manusia normal.

Penyebabnya adalah faktor genetik atau keturunan sehingga kondisi ini bukanlah penyakit yang bisa disembuhkan tetapi kondisi khusus yang perlu dikelola hingga tua.

Secara sekilas, hypermobility juga bisa dibagi-bagi menjadi sejumlah jenis hypermobility akibat faktor genetik misalnya hypermobile Ehlers-Danlos Syndrome, Hypermobility Spectrum Disorder (HSD). Ada juga varian yang lebih jarang ditemui yakni Marfan Syndrome (MFS).

Kondisi hypermobility ini sifatnya berjenjang layaknya spektrum. Ada orang yang menderita joint hypermobility tanpa gejala dan keluhan lain (kecuali cuma sendi yang lentur luar biasa). Ada juga yang memiliki gejala dan mengeluhkan sejumlah gangguan kesehatan yang mengganggu aktivitas harian.

Saya mungkin masuk ke spektrum ringan, dan klien yang saya tangani ini sudah masuk level spektrum sedang hingga berat karena ia sudah terlalu sering izin sakit di sekolah akibat rasa lelah dan nyeri di sendi-sendi sekujur badan.

Singkatnya, jika hypermobility tersebut cuma soal sendi dan ligamen yang lebih lentur dan rentang geraknya lebih besar dari normal, maka ia cukup disebut "hypermobility". Tapi jika sudah membuat ketidaknyamanan bahkan gangguan kesehatan, ia kemudian disebut sebagai "joint hypermobility syndrome". Demikian menurut Jess Glennys dalam Hypermobility on the Yoga Mat.

Gejala-gejala Joint Hypermobility

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun