Jadi, kalau mau ikut sunah Nabi, jangan makan mangga! Mungkin begitu kesimpulan Anda tetapi ingatlah bahwa ketidaksukaan itu hanya karena mangga bukan buah lokal! Sehingga harganya selangit.
Maka, kalau kita memang mau mengikuti sunah Nabi, haruskah kita berbuka dengan kurma saja yang harganya bisa saja lebih mahal dan menghindari mangga yang malah lebih murah dan berlimpah ruah?
Berpakaian Cara Nabi
Kemudian sunah dalam  berpakaian. Tentu harus menutup aurat. Di masa Nabi, gradasi warna yang lazim ada hanyalah hitam, putih dan hijau. Warna-warna lain tak tersedia secara luas.
Lalu bagaimana dengan kita yang di Indonesia mengenal khasanah warna busana yang lebih majemuk? Haruskah kita membatasi diri dengan memakai busana yang cuma berwarna hitam, putih dan hijau saja?
Lalu dengan demikian apakah memakai busana dengan warna-warni yang tidak dikenal di zaman Nabi akan menjadikan pakaian kita tidak syar'i?
Tentu tidak. Karena semua itu cuma elemen fashion yang tidak esensial dalam ajaran religi. Mempermasalahkan hal-hal superfisial hanya membuang-buang waktu dan energi saja kan?
Hanya dengan membiarkan rambut Anda gondrong dan membelah sisirannya di tengah tak berarti membuat anda sesuai cara hidup Nabi karena ternyata cara memperlakukan rambut semacam itu juga didopsi oleh tokoh kafir Quraisy Abu Jahal dan Abu Lahab juga.
Cara Menyisir Rambut
Mau tahu cara Nabi menyisir rambut? Bayangkan Anda mengambil sisir lalu membelah tengah rambut Anda yang tergerai sebahu. Istri Nabi, Aisyah, pernah bertanya pada beliau mengenai inspirasi gaya rambut itu.
Nabi berkata yang intinya rambut gondrong itu diilhami gaya rambut pria Yahudi sementara belahan tengah itu dari kaum pria Nasrani.