Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencerdasi Krisis Identitas Kaum Paruh Baya

19 Januari 2023   15:03 Diperbarui: 21 Januari 2023   08:20 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang punya cara tersendiri menghadapi krisis paruh bayanya, termasuk di usia berapa krisis itu datang. Umumnya diantara rentang usia antara 35 hingga 55 tahun, dengan beberapa variabilitas antar jenis kelamin.

Cobalah pertimbangkan untuk lebih waspada jika kita mulai mengalami beberapa hal berikut; Merasa tidak terpenuhi dalam hidup, Perasaan nostalgia yang kuat, ingatan kronis tentang masa lalu, Perasaan bosan, hampa dan tidak berarti, Tindakan impulsif, seringkali gegabah dan Perubahan dramatis dalam perilaku dan penampilan, serta Perselingkuhan dalam pernikahan atau pikiran terus-menerus tentang perselingkuhan. Terus menerus membandingkan diri sendiri dengan orang lain, yang tampak lebih bahagia. 

Krisis Bisa Bikin Sakit

sumber foto: wikihow
sumber foto: wikihow

Jangan dikira efek krisis paruh baya seperti depresinya orang-orang ODGJ yang sering kita ketemui di pinggiran jalan. Berambut gondrong dan dekil ngomong sendiri, teriak-teriak, kadang sampai seperti komentator bola yang over semangat.

Para penderita gejala krisis paruh baya, bisa saja dalam kondisi fisik yang fit, masih aktif bekerja. Hanya saja tekanan krisis itu bisa membuat mereka kehilangan gairah seks, disfungsi ereksi, penurunan kadar testosteron dan perasaan sedih. 

Bayangkan saja jika seseorang terganggu urusan seksualitasnya, dan menyebabkan depresi. Sehingga bukan sesuatu yang aneh jika para penderita gejala krisis paruh baya ada yang "bermain-main" ke wilayah terlarang, demi menemukan kembali gairahnya. Termasuk bermain "layangan"---Layangan Putus, tentunya.

Jika sampai ke tingkat depresi, akan lebih bersifat klinis efeknya daripada krisis sosial. Gejalanya bisa berupa; Perubahan kebiasaan tidur, baik insomnia atau terlalu banyak tidur; Perubahan nafsu makan; Perasaan sedih yang intens dan sering melemahkan; Perasaan bersalah dan tidak berharga; Kurangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas yang sebelumnya menyenangkan (anhedonia); Perubahan berat badan (penurunan atau penambahan yang tidak direncanakan).

Begitu juga kehilangan minat pada seks; Menarik diri dari interaksi sosial; Tingkat kecemasan, ketakutan, dan kekhawatiran yang meningkat; Iritabilitas dan kemarahan (biasanya pada pria); Air mata, emosi yang tidak terkendali (paling sering pada wanita). Dan yang paling parah adalah pikiran tentang kematian atau menyakiti diri sendiri dan sakit karena tekanan dari dirinya sendiri, berupa nyeri otot, masalah pencernaan, dan sakit kepala.

Bahkan bagi para wanita, makin tua usia, menurut dunia medis dikenal istilah depresi perimenopause. Jenis depresi yang unik pada wanita dan sebagian diperparah oleh fluktuasi kadar estrogen. Siklus menstruasi yang menyakitkan atau tidak normal, hot flashes, dan perubahan suasana hati yang tiba-tiba sering kali merupakan gejala depresi yang dialami wanita paruh baya.

Mencari Solusi Terbaik 

sumber foto: business.com
sumber foto: business.com

Barangkali banyak kasus krisis paruh baya yang kemudian menjerumuskan banyak orang ke jurang depresi. Namun solusinya bisa saja berkaitan dengan beberapa faktor;

Pertama; latar belakang kehidupan religiusnya. Orang yang memiliki keyakinan agama secara baik, sebagai bentuk penghambaan diri kepada Tuhan sebagai penguasa kekuatan lahir dan batin, memiliki harapan, sebuah "rumah" untuk kembali.

Kedua; Keluarga-hubungan keluarga yang harmonis, terpenuhinya Quality time, menjadi salah satu solusi ketika seseorang mengalami krisis paruh baya menemukan muaranya untuk kembali.

Cobalah lihat, bagaimana hubungan ayah dan anak, kakek dan anak, kakek dan cucu yang bisa melakukan travelling, bertualang bersama, berjalan-jalan, menjadi riang seperti kanak-kanak. Semua bisa diperoleh ketika keluarga adalah "sahabat" terbaiknya.

sumber ilustrasi: doraemonhari ini
sumber ilustrasi: doraemonhari ini

Ketiga; Interaksi Sosial yang sehat, seseorang yang "sehat sosial" artinya, ia memiliki interaksi positif dengan setiap orang. Termasuk membangun hubungan intra sosial dengan bergabung dalam  komunitas sosial, religius, atau seni. Sebagai ajang  berkomunikasi dan mengekspresikan passion.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun