Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Arsip Lagu "Terang Bulan" Dan "Rasa Sayange" Ternyata Ada Di Lokananta

18 Mei 2022   17:33 Diperbarui: 24 Mei 2022   22:07 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah catatan di Hari Museum Internasional 18 Mei

opini di kompas.id, 3 April 2022- Bisa dibaca di sini Me-"remake" Nasib Lokananta Sebagai Museum

State Phonografic Industry Ministry of Information menyimpan banyak catatan yang bisa menjelaskan Lokananta, industri awal pabrik piringan hitam sekaligus perusahaan rekaman tertua milik pemerintah kita.

tempo.co
tempo.co

Sebagaimana catatan Ayos Purwoaji dan Fakhri Zakaria, dari Rolling Stone, Lokananta juga menyingkap fakta unik tentang lagu "Negaraku" yang kini menjadi lagu kebangsaan Malaysia. Lagu itu ternyata berasal dari gubahan lagu "Terang Bulan" ciptaan Saiful Bahri, yang asli orang Indonesia.

Dalam arsip Lokananta, lagu berdurasi 11 menit 15 detik itu direkam di RRI Jakarta pada 1956 dan dipindahkan ke piringan hitam oleh Lokananta pada 16 Maret 1965. Penyanyinya adalah Orkes Studio Djakarta yang dipimpin oleh Saiful Bahri.

Selanjutnya, lagu berwarna keroncong Melayu inilah yang memikat Pemerintah Malaysia yang baru merdeka untuk dijadikan lagu negara. Aden Bahri, ahli waris lagu "Terang Bulan" menuturkan bahwa lagu tersebut dihadiahkan Presiden Soekarno untuk Malaysia.

seamex-2019-070919-afa1-6284d8c071913706916b3032.jpg
seamex-2019-070919-afa1-6284d8c071913706916b3032.jpg
antaranews.com


Lihat juga: Mochi, Aice Fall in Love

Fakta tersebut menunjukkan bagaimana Lokananta dapat menjadi sumber dalam penelusuran sejarah musik di Indonesia. Hanya sayangnya, perlakuan terbalik justru diterima Lokananta.

Perusahaan rekaman tertua milik pemerintah itu hanya menyisakan sebuah nama besar. Gedung bernuansa art deco itu terlihat kusam dan kelam. Mungkin kita bisa mengubahnya menjadi museum saja, seperti halnya The Grammy Museum di Amerika Serikat, The Beatles Story di Inggris, Musee Edith Piaf di Perancis, agar ada napak tilas sejarah.

Bahkan generasi saat ini, sama sekali asing dengan nama Lokananta. Menurut penuturan Titik Sugiyanti, administratur merangkap humas dan arsip di Lokananta, ada 17 karyawan yang masih tersisa, mengelola Lokananta antara hidup dan mati. Inisiatif Titik bangkit ketika ia berhasil menemukan arsip "Terang Bulan" dan "Rasa Sayange" yang fenomenal dan sangat penting itu.

Kerja kerasnya berhasil menyelamatkan ribuan koleksi Lokananta dari pelapukan, karena bahan vinilpada piringan hitam sangat rentan rusak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun