Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Habis Karewar, Terbitlah Writer's Block

18 Maret 2022   09:15 Diperbarui: 20 Maret 2022   08:13 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi kompasianer tak usah kuatir berlebihan, karena agrafia, sebenarnya jenis penyakit. Sekilas, hilangnya kemampuan menulis ini hampir mirip dengan afasia dan alexia.

Tapi pengertiannya, afasia sendiri sebenarnya lebih pada hilangnya kemampuan berbicara. Sementara alexia adalah hilangnya kemampuan mengenai kata-kata yang pernah dibaca. Kadang kondisi ini disebut juga dengan buta kata.

Agrafia adalah hilangnya kemampuan berkomunikasi lewat tulisan akibat kerusakan otak. Menulis membutuhkan banyak keterampilan terpisah. Pertama, otak harus memproses bahasa, alias mengubah pikiran atau ide yang ada di otak jadi susunan kata-kata.

Kedua, kita harus memilih huruf yang tepat untuk menuliskan kata-kata tersebut. Ketiga, menuangkan susunan kata-kata menjadi tulisan tangan. Semua kemampuan yang terpisah ini, terintegrasi menjadi satu ketika menulis.

Lagipula, Agrafia merupakan kondisi yang umum terjadi, terutama pada orang yang mengalami cedera otak atau gangguan pada otak. Lansia lebih mungkin mengalami kondisi ini ketimbang orang dewasa muda. Jadi yang muda dan merasa muda tapi sehat dan enerjik.

Jenis ini mengacu pada hilangnya kemampuan menulis yang berasal dari disfungsinya otak yang mengatur bahasa, visual, atau pusat motorik otak.

Kebiasaan, mengalami kesalahan ejaan atau bermasalah dalam perihal sintaksis (frasa, klausa, atau kalimat), apalagi sampai tidak bisa menuliskan kata-kata yang sebelumnya dipahami, konon kata para pakar dunia medis itu pertanda Agrafia. Siapa tahu cedera otaknya gara-gara stres mikir k-reward yang susah naik!.

Ruang Belajar dan Pribadi Pembelajar

Mungkin yang bisa bikin hati tenang, adalah memposisikan diri sebagai "pribadi pembelajar", seperti kata Andreas Harefa.

Belajar, menulis dengan baik. Belajar dari para juara kompasianer tahunan, dari para senior yang produktif. Bagaimana membangun opini yang bisa menggugah kompasianer lain. Tak melulu soal konten, tapi soal pilihan judul, pemanfaatan data tulisan, aktualitas (biasanya ini sudah dibantu admin dengan kehadiran Topil alias Topik Pilihan), termasuk foto atau ilustrasi pendukung artikel.

Tak bisa dilupakan soal "silaturahim" alias Blogwalking, alias mencermati tulisan kompasianer lain. Mengapresiasi dengan vote atau dengan komentar. Atau kalau berkenan follow akunnya.

Jadi tetaplah menulis, dan biarkan blogwalking dan mesin K-admin yang menghitung k-reward. Kebanyakan dipikir malah bikin pusing. Setiap terbit k-reward, setelah itu ikutan pula Agrafia mengganggu otak sehat kita. Alamat buruk jadinya.

Referensi; 1,2,3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun