Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Dunia Baru Ekonomi Metaverse, Konsumerisme TI

29 Desember 2021   01:05 Diperbarui: 5 Januari 2022   21:24 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Metaverse juga dikait-kaitkan dengan cryptocurrency. Kita begitu terpukau ketika lahir Bitcoin mata uang digital yang diciptakan oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2009, uang elektronik, uang digital yang tak tersentuh tangan, tapi bernilai tinggi. 

Bahkan sifatnya NFT (Non-Fungible Token ), biasanya disimpan dalam dompet digital yang membutuhkan username dan password, dan umum digunakan oleh para seniman untuk menjual karya seninya atau konten digital mereka.

Dalam situasi itu perusahaan konvensional dihantui semacam "sindrom". Meminjam istilah Phil Simon, pakar teknologi, penulis buku Too Big to Ignore dan The Age of The Plaform, sebagai Sindrom Perusahaan Besar, yang runtuh jika tak berinovasi dan tak memanfaatkan Platform di era kekinian. 

Sebabnya tidak lain karena sisi liar geliat teknologi seringkali menciptakan gesekan persoalan ekonomi, sosial, hukum, privasi dan etika, sehingga membangun sisi yang menakutkan.

Kemunculan metaverse yang bersinggungan dengan dunia virtual berbasis konvergensi realitas fisik yang ditingkatkan secara virtual, augmented reality dan internet, menjadikan dunia virtual sebagai ruang besar bagi siapa saja. Metaverse sendiri diprediksi akan menjadi fase berikutnya dari internet, di mana kita akan melihat perkembangan pesat dari virtual reality (VR), augmented reality (AR), dan extended reality (XR) dengan dunia nyata.

Kita Dalam Game Sendiri

Lihatlah bagaimana fenomena uang digital merambah dalam hampir seluruh transaksi, menggunakan e-wallet, uang digital dan transaksi belanja bahkan hanya menggunakan QRIS adalah Quick Response Code Indonesian Standard merupakan standar kode QR Nasional untuk memfasilitasi pembayaran kode QR di Indonesia. 

Semuanya, moneyless. No money nggak perlu nodong, tapi tinggal pindai atau gesek,kecuali rekening memang kosong, itu lain cerita.

Tapi kapan dan bagaimana dunia menjadi satu, masih membutuhkan waktu. Setidaknya seperti yang kemarin baru kita pahami secara sederhana, tentang gagasan kesepian 2045, ketika teknologi tidak bisa diserap oleh setiap orang dengan kadar yang sama. Ketika situasi dan kondisi itu yang terjadi, orang akan tertinggal informasi dan merasa seperti katak dalam tempurung, Gatek!.

Facebook dan Microsoft yang akrab dalam kehidupan kita saat ini juga tengah bermetamorfosa masuk dalam visi metaverse. CEO Microsoft Satya Nadella mengatakan bahwa metaverse merupakan teknologi yang tidak hanya mengubah cara melihat dunia, tapi bagaimana seseorang bisa berpartisipasi di dalamnya.

"Dalam arti tertentu, metaverse memungkinkan kita untuk menanamkan komputasi ke dunia nyata dan menanamkan dunia nyata ke dalam komputasi, menghadirkan kehadiran nyata ke ruang digital mana pun," Nah bayangkan betapa sebuah dunia tanpa batas yang sesungguhnya, telah didepan mata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun