Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lomba Mancing ala Warga Desa dan Semangat Gotong Royong Untuk Giveaway dari Urunan Warga

8 Oktober 2022   10:29 Diperbarui: 17 Desember 2022   23:29 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lomba Mancing ala Masyarakat Desa. Sumber: Dokumen pribadi (2022)

Lupakan kasus Sambo, lupakan kenaikan BBM, lupakan kasus perang Rusia versus Ukraina. Lupakan ancaman krisis pangan yang melanda dunia. Lupakan sejenak semua persoalan bangsa. Lupakan sejenak segala problema dunia. Lupakan barang sejenak. Ya, meski sejenak. 

Kita tengok cara masyarakat kita, menghibur diri ala masyarakat desa yang bersahaja. Cara bahagia dengan sederhana dan nyata. Lomba mancing ala desa di sebuah desa di Jawa Tengah, tepatnya di Kelurahan, Kledung Kradenan, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo. 

Tak perlu biaya mahal, tak perlu pergi jauh dan tak perlu harus mewah untuk bahagia. Cara sederhana dan bersahaja, bahagia ala masyarakat desa yang tak butuh banyak biaya. 

Hiburan Murah, Meriah dan Berhadiah

Lomba mancing ikan lele masyarakat desa yang digelar masyarakat setiap tahunnya, menghibur dan murah meriah. Memanfaatkan lokasi di area desa. Sebuah kali kecil di pinggir sawah desa juga jadi. Wisata mancing nan murah meriah. 

Tak perlu sewa lokasi pemancingan, tak perlu alat pancing mahal, sebatang ranting bambu pun jadi. Cukup bermodalkan mata kail dan senar pancing, maka alat pancingpun siap digunakan. Dan para pemancingpun siap beraksi. 

Kali dibendung radius sepanjang 100-200 meter. Lalu oleh panitia "dicemplungkan"lah ikan lele untuk lomba mancing seluruh warga desa. Puluhan sampai ratusan ekor lele disebar di sepanjang kali yang dibendung itu. 

Lalu, sebagian diantara lele-lele itu ditusukkan peniti di siripnya. Barang siapa mendapatkan ikan lele yang berpeniti, maka akan mendapatkan uang puluhan ribu. Satu ekor lele dengan satu peniti di siripnya dihadiahi sepuluh ribu rupiah. 

Ilustrasi Membendung Kali di persawahan untuk lokasi Pemancingan, di Desa Kledung Kradenan, Purworejo. Sumber: Dokumen Pribadi (2022)
Ilustrasi Membendung Kali di persawahan untuk lokasi Pemancingan, di Desa Kledung Kradenan, Purworejo. Sumber: Dokumen Pribadi (2022)

Tergantung keberuntungan semakin banyak dapat pancingan ikan lele, semakin banyak pula uang yang didapatkan warga. 

Kalaupun tidak dapat ika lele berpeniti, setidaknya masih dapat pancingan ikan lele, yang bisa dibawa pulang untuk digoreng, menu santapan makan malam. 

Laki-laki perempuan, tua muda , anak maupun dewasa mengambil tempat di sempadan kali. Berebut tempat, mencari yang kira-kira paling menguntungkan untuk memperoleh keberuntungan mendapat ika lele hasil pancingan.nanti. 

Demi mendapat tempat untuk mancing, warga rela datang satu dua jam lebih awal. Duduk di sempadan sungai dan menyiapkan pancingnya. Mereka bahkan rela berjam-jam menunggu panitia menyiapkan ikan lele dan menyebarkannya di kali kecil yang dibendung itu. 

Tiba waktunya, panitia menyebarkan ikan lele baik yang sudah ditusukkan peniti di siripnya maupun lele yang tak berpeniti. Warga bersiap dan panitia memberi aba-aba, begitu seluruh ikan lele yang sudaj disiapkan dicemplungkan ke sungai. 

"Mulai!!!" Panitia memberi aba-aba dan serta merta warga menurunkan mata kailnya. Tak butuh waktu lama, bergantian warga menarik mata kailnya begitu umpan disambar. 

Ada yang cepat, ada pula yang butuh lama, umpannya termakan ikan lele. Bahkan ada pula yang harus gigit jari, karena tak seekorpun ikan lele menyambar umpannya. Setidaknya untuk beberapa saat lamanya. 

Ilustrasi Lomba memancing ala warga desa menjadi hiburan yang murah meriah dan berhadiah. Sumber : Dok pribadi (2022) 
Ilustrasi Lomba memancing ala warga desa menjadi hiburan yang murah meriah dan berhadiah. Sumber : Dok pribadi (2022) 
Suara riuh rendah dan teriakan kegirangan aneka rupa dan bergantian terdengar begitu umpannya makan korban. Ikan lele satu persatu berpindah dari kali ke plastik, ember, karung atau tempat apa saja yang disiapkan warga dari rumah. 

Wajah-wajah berseri warga desa terlihat. Wajah yang penuh sahaja kegirangan. Melupakan sejenak masalah yang menghimpit kebutuhan rumah tangga. BBM naik, harga-harga mulai naik, panen tak kunjung tiba, lapangan pekerjaan sulit dan sebagainya. 

Giveaway ala Desa: Urunan Warga dan Tradisi Kerjasama

Bagi saya, yang tinggal di desa saat masih kanak-kanak, suasana seperti itu memberi banyak makna. Bukan saja soal kesahajaan, kegembiraan yang mengalir, atau kebahagiaan yang sederhana, namun jauh lebih penting adalah suasana keakraban, kekeluargaan, persahabatan dan rasa saling peduli untuk saling bekerjasama warga desa. Jauh dari sifat dan sikap individual orang-orang yang tinggal di kota. 

Ini juga semacam Giveaway yang sangat sederhana. Giveaway yang disediakan oleh para pemuda karang Taruna yang duitnya dikumpulkan dari urunan warga.

Giveaway di desa untuk warga desa bisa dilakukan tanpa menunggu acara giveaway yang di lakukan perusahaan komersil, youtuber kaya ataupun para filantropi terkenal. 

Tradisi urunan dan gotong royong warga pun bisa menjadi sumber donasi untuk masyarakat. Justru konsep gotong royong ala warga dalam mengumpulkan donasi ini, seperti inspirasi yang terpendam yang potensial dikembangkan menjadi tradisi besar bangsa ini. 

Ilustrasi Antuasiasme warga, laki-laki, perempuan, tua muda, anak-anak dan dewasa untuk ikut lomba mancing di desa. Sumber: Dokumen pribadi (2022)
Ilustrasi Antuasiasme warga, laki-laki, perempuan, tua muda, anak-anak dan dewasa untuk ikut lomba mancing di desa. Sumber: Dokumen pribadi (2022)

Di negeri ini banyak lembaga-lembaga filantropi yang terdiri dari individu-individu kaya raya untuk mendistribuskan donasinya untuk kepentingan kemanusiaan.

Dengan contoh urunan warga di Jawa Tengah itu, berpotensi menjadi modal sosial, bahwa bangsa ini sangat kaya akan potensi-potensi tradisi yang hidup dan berkembang di masyarakat. 

Tradisi urunan warga untuk membuat giveaway ataupun memberikan hadiah kepada warga dalam ajang lomba memancing ikan, adalah contoh kegiatan kecil yang bisa dikembangkan.

Tradisi lain yang hidup di masyarakat, misalnya tradisi jimpitan, warga menyiapkan segelas beras dan uang lima ratus rupiah di depan pintu, yang dikumpulkan setiap hari oleh para petugas ronda di desa, juga contoh tradisi filantropi ataupun mengumpulkan donasi yang sangat baik bagi kehidupan bangsa. 

fb-img-1665199856363-6340ef624addee0f1f2a1162.jpg
fb-img-1665199856363-6340ef624addee0f1f2a1162.jpg
Ilustrasi : Warga membersihkan area pancingan untuk dimanfaatkan membuka lapak jualan jajajan Sumber : Dokumen pribadi (2022)

KIta bisa bayangkan, jika seluruh tradisi-tradisi itu dikelola secara masif dalam lingkup negara bangsa (nation state), saya kira bangsa ini tidak perlu takut dengan ancaman pangan.

Tradisi gotong royong atau urunan warga itu bisa dikelola dengan lingkup yang lebih besar untuk kepentingan masyarakat. Sistem bisa dibentuk, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. 

Demikian. Salam Hormat. 

Mas Han. Purworejo, 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun