Bahkan ketika mereka kemudian tinggal di pesisir dan menganut agama. Bukti arkeologis Masjid Kuno Hatuhaha di Pulau Haruku sebagai simbol integrasi atau persekutuan 5 (lima) negeri atau desa Islam yakni Negeri Pelauw,Kailolo, Kabauw, Rohomoni dan Hulaliu yang disebut sebagai Uli Hatuhaha.
Masing-masing juga memiliki pemerintahan otonom, namun menyatukan diri dalam persekutuan negeri-negeri yang disebut Amarima Hatuhaha.Â
Dari kelima negeri itu, pada masa kolonial, Negeri Hulaliu mengkonversi menjadi negeri Kristen, sebagai bagian konsensus untuk menyelematkan negeri pada masa itu.Â
Meski Hulaliu menganut agama yang dibawa kolonial (Portugis dab Belanda), namun secara adat tetap menjadi bagian dari persekutuan atau persaudaraan Uli Hatuhaha, sehingga dalam kegiatan-kegiatan tradisi dan ritual Islam, tetap dilibatkan, sebagai bukti kearifan lokal hidup orang basudara adek kakak.Â
Baca juga : Masjid Kuno di Pulau Haruku, Simbol Agama Merawat Kearifan Budaya Lokal
Jadi pengalaman batin masa lalu itu menjadi mekanisme dan sistem aturan lokal, aturan adat yang melekat dalam genealogis tradisi dan budaya orang Haruku. Oleh karenanya, jika bersandar pada pengalaman ini, orang Haruku memiliki ingatan kolektif untuk segera berdamai jika terjadi konflik.Â
Jika bersandar pada ingatan kolektif, kesadaran historis kultural masa lalu dalam tradisi lokal amarima hatuhaha, maka konflik antara Dusun Ori (sebuah dusun dari Desa Pelauw) dengan Desa Kariuw, adalah gesekan sosial yang akan cepat berdamai karena mekanisme lokal hidup basudara amarima hatuhaha itu.
Mekanisme kearifan lokal sebagai bagian sistem atorang orang basudara di Pulau Haruku adalah mekanisme lokal  yang dibangun atas dasar konsensus dan kesepahaman kultural diantara masyarakat pelaku budaya.Â
Warisan tradisi dan mekanisme lokal itu terus hidup dan mejadi ingatan kolektif warga Haruku.Â
Oleh karena itu, penulis meyakini tradisi budaya yang mengakar itu, tidak akan pernah tercerabut meski dalam perputaran waktu dan perjalanan zaman, dinamika dan gesekan sosial kerap terjadi.Â
Dengan spirit basudara, Orang Haruku khususnya dan Maluku pada umumnya, hidup dalam ruang kebudayaan yang dinamis sekaligus selalu arif dan bijak menjawab tantangan zaman.Â