Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indonesia Merenung: di Antara Drama, Dilema, dan Renjana

3 Desember 2020   19:34 Diperbarui: 4 Desember 2020   08:16 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Indonesia Merenung. Sumber: tulismenulis.com

Waktu semakin berlalu, dan kita seakan belum menemukan Indonesia yang diimpikan oleh founding fathers di  masa lalu. Para pendiri bangsa, bercita-cita bahwa kelak Indonesia menjadi negara yang maju, berdaulat adil dan makmur, gemah ripah lohjinawi. Cita-cita yang kemudian dituangkan pula dalam Undang-Undang Dasar 1945. 

Kita semua paham, Indonesia adalah negeri impian. Di atas tanahnya terhampar segala yang kita butuhkan. Sawah sebagai sumber penghasil bahan makanan, begitu juga ladang dan perkebunan. 

Berbagai sumber pangan dan tanaman eksotis rempah-rempahnya yang menawan, sejak ratusan tahun yang lalu. Tanaman, yang kemudian menjadi daya tarik para pedagang mancanegara untuk mengarungi samudera, bermil mil kilometer jauhnya, hingga sampai di wilayah Nusantara. 

Indonesia juga memiliki hutan yang luas, tempat berbagai jenis kayu dihasilkan, juga segala bentuk ekosistemnya yang saling bertemu dan berikatan. Indonesia punya lautan, bahkan menjadi salah satu bangsa dengan hamparan lautan yang terluas. Tempat segala mahluk laut hidup di dalamnya. Indonesia, adalah salah satu negara terkaya dari segi hasil kelautan. 

Lautan Indonesia, juga dikenal sejak masa awal sejarah, di abad pertengahan sebagai jalur lalu lintas perdagangan dunia, dari dulu hingga sekarang. Karena lautan, Indonesia menjadi bangsa yang maju dan diperhitungkan dunia. 

Tanahnya yang selain subur, juga menyimpan banyak kandungan mineral di perutnya, segala bentuk bahan tambang dikandungnya. Emas, tembaga, nikel dan berbagai logam lainnya. Dulu, beberapa dekade lalu, Indonesia bahkan dikenal sebagai 5 (lima) besar negara pengekspor minyak.  

Patah tumbuh hilang berganti, mati satu tumbuh seribu. Minyak hilang, tambang logam hadir. Kekayaan Indonesia tak habis dilekang zaman. Semua itu anugerah Tuhan yang patut kita syukuri. 

Namun, jangan membuat kita terlena dan lupa diri. Lalu cari jalan mudah, diserahkan kepada pihak lain sesuka hati. Kita perlu membuat regulasi dan pertahanan diri, agar modal mengalir untuk kesejahteraan bangsa sendiri, kejayaan bangsa sendiri. Kita menyerap kemampuan teknologi, lalu esok kita kerjakan dan olah sendiri. 

Indonesia bangsa yang besar, bangsa yang kaya, pasti mampu mengelola sumberdayanya sendiri, tanpa tergantung kekuatan luar. Investasi tak perlu sampai menjual diri. Biarkan mereka menanamkam modal karena mereka memang membutuhkan, tidak dengan cara mudah, apalagi menjadi menguasai. 

Kita bangsa yang besar, dengan potensi sumberdaya manusianya. Penduduk yang banyak, dengan perimbangan usia produktif yang juga proporsional. Generasi muda yang cerdas sebagai penerus cita-cita bangsa, yang siap berkompetisi dalam kancah pembangunan nasional dan persaingan global. 

Semua ada. Tapi seringkali kita heran, Indonesia yang semestinya menjadi bangsa yang maju dan besar, namun kita rasakan seakan lebih banyak hingar bingar, ricuh dalam perdebatan anak bangsa yang saling berhadapan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun