Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keindonesiaan Hari Ini, Ditentukan oleh Kebudayaannya

19 September 2020   11:42 Diperbarui: 23 September 2020   00:39 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Subak di Bali. Sumber: https://grivenps.wordpress.com/
Subak di Bali. Sumber: https://grivenps.wordpress.com/
Nenak moyang bangsa Indonesia, dikenal sebagai leluhur yang memberikan bekal pengetahuan yang cukup kepada generasi hingga saat ini, yaitu pengetahuan bercocok tanam sejak 4000 tahun yang lalu. Data arkeologi membuktikan bahwa pengetahuan olah pangan, menjadi tradisi dan budaya di seluruh nusantara. Baik olah pangan yang bersumber dari sumber daya alam di darat maupun di laut. 

Leluhur bangsa Indonesia, adalah para petani dan pelaut yang ulung. Negara kepulauan, menciptakan budaya maritim sekaligus budaya agraris yang unggul. 

Melihat potensi akar kebudayaan ini, perlu menjadi sistem yang harus dikuatkan, paten tanpa interupsi. Kebijakan pembangunan, kita menghidupkan budaya olah pangan kita.

 Modal dasar, yang menjadi kekuatan Indonesia, saat ini adalah budaya olah pangannya. Sehingga arus modernisasi dan globalisasi, harus dijawab dengan kekuatan budaya olah pangan kita. 

Hidupkan petan-petani dan nelayan-nelayan nusantara. Kita punya kekuatan besar soal sumberdaya ini. Alih teknologi perlu 'dibajak' untuk semakin menguatkan Indonesia, sebagai negara lumbung pangan dunia. Pertanian dan perikanan kelautan, menjadi salah satu inti dari sebuah kemajuan bangsa. 

Indonesia hari ini, harus memikirkan dibukanya ruang yang luas juga sistem yang kuat, untuk kebijakan membangun sektor pertanian yang unggul. Alih tekologi dan industri dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk industri pangan. Karena hal ini adalah akar kebudayaan kita. Jatidiri bangsa, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. 

B. Budaya Gotong Royong

Ilustrasi Tradisi Gotong Royong. Sumber: Opini.id
Ilustrasi Tradisi Gotong Royong. Sumber: Opini.id
Budaya dan tradisi gotong royong, adalah ciri yang lekat dengan masyarakat Indonesia, di seluruh Nusantara. Masyarakat di Minahasa, Sulawesi Utara, menyebut gotong royong dengan istilah mapalus. 

Di Maluku, dikenal istilah masohi dan manggurebe maju. Di Jawa, digunakan istilah sambatan, kepungan, kenduren yang artinya hampir sama, yaitu mengerjakan secara bersama-sama. 

Di Bengkulu, dikenal Ngacau Gelamai. Masyarakat Dayak, menyebut dengan istilah Alak Tau. Masyarakat di Mandailing, Sumatera Utara mengenal istilah gotong royong dengan sebutan Marsialapari. 

Di Kalimantan Barat, dikenal istilah Nugal. Di Pulau Bali, masyarakatnya mengenal istilah gotong royong dengan sebutan Ngayah. Di Nusa Tenggara Timur, disebut Gemohing. Orang Madura, menyebutnya Song-Osong Lombhung. Masyarakat Bugis Makassar, menyebut dengan istilah  Mappalette Bola dan sebagainya (opini.id). Yang jelas seluruh nusantara,  mengenal budaya gotong royong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun