Mohon tunggu...
Mardigu Wowiek Prasantyo
Mardigu Wowiek Prasantyo Mohon Tunggu... -

Pembisnis Diehard Enterpeuner, Amateur writer, Psychology antusias, Pakar mikroexpresi, Pengamat Intelegent, Pengamat Terorisme.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Resolusi 2016 "Tersering Tuhan Meletakan Kebenaran di Tempat yang Tidak Disukai"

6 Januari 2016   16:12 Diperbarui: 6 Januari 2016   21:07 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari Shutterstock

Menjelang datang pergantian tahun, saya yakin banyak sahabat yang membuat resolusi tahun baru. Bahkan efek dari socmed seakan mengharuskan kita mempunya resolusi agar tidak dikatakan ngak up to date.

Bunyi resolusinya pasti pada hebat-hebat. Ada yang pengin berhenti menjadi karyawan dan beralih kuadran menjadi entrepreneur. Ada yang ingin mencapai kebebasan finansial. Yang ambisius pengin mendirikan 5 startups sekaligus. Ada yang ingin menulis buku. Yang jomblo pengin mendapatkan pacar. Yang sudah punya pacar pengin menikah. Yang gendut pengin mengurangi drastis berat badan. Ada yang pengen mengurangi kebiasaan keluar malam, ada yang ingin ganti kerja, ada yang ingin jalan-jalan, ada yang kepengen bergabung pada Gym fitness center, dan lain sebagainya.

Sekali lagi saya yakin para sahabat semua memiliki resolusi atau cita-cita di tahun 2016 mau apa. Pengin punya mobil. Pengin punya rumah. Pengin karier melejit. Pengin mengambil doktor. Pengin punya perusahaan sendiri. Resolusi-resolusi itu hebat-hebat sehingga menjadi penyemangat yang luar biasa bagi saya atau kita semua untuk terus maju di tahun yang baru.

Banyak lagi resolusi ditulis didiskusikan diangankan. Salahkah itu? Bagi orang seperti saya, saya adalah pemimpi, resolusi adalah bagian dari impian, jadi ya sah-sah saja.

Adakah efeknya? Nah ini persoalan lain lagi.

Dalam riset yang dilakukan Richard Wiseman pada tahun 2007 menemukan bahwa 88% dari mereka yang memiliki resolusi tahun baru gagal mewujudkannya di tahun resolusinya.

Nah ini kenapa? Kok bisa tidak terwujud? Padahal membuat masterplan diri itu benar.

Coba sekarang kita bedah satu-satu. Coba perhatikan resolusi tahun lalu, atau beberapa tahun yang lalu. Berapa yang terealisasi? Bagaimana di tahun ini, ingin lebih tinggi lagikah sukses rate-nya?

Baik, izinkan saya urun rembug dalam hal resolusi tersebut. Dalam beberapa tulisan yang lalu saya pernah membuat tulisan bagaimana “memprogram diri” dengan teknik yang disingkat F.I.R.S.T. Dalam tulisan tersebut, saya baru menjelaskan sedikit, yaitu fungsi F & T.

Nah dalam hal menuliskan resolusi tahun ini agar bisa menjadi kenyataan, atau sukses rate-nya lebih tinggi, sama caranya. Juga menggunakan teknik ini. Setelah melakukan F, kita akan melakukan I, atau induksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun