Mohon tunggu...
Wong Cilik
Wong Cilik Mohon Tunggu... Pemikir

Sharing pemikiran alternatif

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apa yang Salah dengan Makanan Bergizi Gratis (MBG) dan Alternatifnya

19 Oktober 2025   17:17 Diperbarui: 14 Oktober 2025   08:56 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaksanaan Makanan Bergizi Gratis yang tidak tertarget, sumber gambar : @wongcilik_id

Pertama, kita patut apresiasi niat Presiden Prabowo untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dengan program-program seperti MBG, Sekolah Rakyat, Koperasi Merah Putih, dll.

Tetapi yang MBG ini menjadi dilematis karena anggarannya, sangat besar di saat negara defisit anggaran dan harus menambah hutang baru ratusan ribuan Trilyun tiap tahun, terus hanya untuk membayar bunga hutang sebelumnya (gali lubang tutup lubang).

Anggaran MBG di semester-1 2025 ini sudah 71 trilyun, tambahan 140 trilyun dibutuhkan untuk semester-2, dimana ini hanya untuk menjangkau 19,47juta penerima manfaat.

Sedangkan target penerima manfaat di tahun-tahun berikutnya akan ditingkatkan hingga kurang lebih 82 juta penerima atau 4x lipat, yang artinya akan membutuhkan sekitar 800 trilyun/tahun.

Angka yang sangat fantastis yang tidak lucu lagi apabila semuanya ini dilaksanakan melalui penarikan hutang yang lebih banyak lagi dan membebani masa depan rakyat Indonesia.

Untuk itu Presiden dan kita semua perlu untuk berani mengevaluasi dan melakukan penyesuaian program supaya lebih tepat sasaran dengan tetap berdampak besar.

Contoh alternatif yang bisa kita lakukan :

  • Lebih Tepat Sasaran

MBG sebaiknya disalurkan hanya kepada yang membutuhkan, bukan kepada semua, dimana sebagian besar anak tidak membutuhkannya. Kita bisa mengambil dari data kemiskinan BPS kemarin yang sekitar 23.85 juta orang miskin di Indonesia. Bila 25%nya adalah usia sekolah, maka dapat kita perhitungkan secara kasar 5.96juta x budget pemerintah untuk MBG Rp 15.000/orang = 17,88 Trilyun/tahun, angka yang masih sangat masuk akal.

  • Bentuk yang lebih efisien

MBG sebaiknya berbentuk susu bubuk yang diproduksi BUMN dengan nilai gizi, kalori dan vitamin sesuai yang dibutuhkan. Bukan lagi makanan matang dll yang menimbulkan keruwetan, keracunan, korupsi dan gizi dibawa standar. Hal ini bisa mengefisienkan biaya segala lini dan memastikan kecukupan gizi secara matematis. Selain itu susu dapat dibuat sesuai kebutuhan gizi dan vitamin penerima berdasarkan golongan usia tertentu, ibu hamil, ibu menyusui.

  • Mengalihkan sisa anggaran MBG ke program yang lebih prioritas = pendidikan

Memberikan makanan gratis = memberi ikan, bukan kail. Hal ini mendidik rakyat untuk terus mengharapkan subsidi pemerintah di segala bidang untuk seumur hidupnya. Siapapun pasti setuju bahwa "kail" berupa pendidikan dan pekerjaan lebih penting dan berdampak sistemik ke kesejahterahan rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun