Mohon tunggu...
wiwinpurwinarti
wiwinpurwinarti Mohon Tunggu... Dosen Pendidkan Seni Pertunjukan FKIP UNTIRTA

Terus mendalami Seni Budaya Banten untuk bisa mengakat Banten menjadi Provinsi yang berbudaya akan Seni Pertunjukannya

Selanjutnya

Tutup

Seni

7 Fakta Menarik, Almadad, Debus dan Tari Ringkang Jawari Dalam Budaya Banten

4 Mei 2025   11:35 Diperbarui: 4 Mei 2025   11:35 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1 : Penampilan Tari Ringkang Jawari 

Banten, sebagai salah satu Provinsi di ujung barat Pulau Jawa, memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam dan sarat makna. Di antara berbagai tradisi yang berkembang, seni Debus, Rampak Bedug , Saman dan Tari Ringkang Jawari menonjol sebagai warisan budaya yang unik dan penuh nilai filosofis. Ketiga elemen ini seperti Debus, Almadad dan Tari Ringkang Jawari  tidak hanya menjadi hiburan tradisional, tetapi juga sarana ekspresi spiritual, identitas sosial, dan simbol keberanian yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Banten. Keberadaan seni ini mencerminkan betapa dalamnya akar budaya dan sejarah yang membentuk karakter masyarakat Banten hingga saat ini.

Fakta pertama yang menjadi daya tarik utama adalah keberadaan Almadad dalam pertunjukan Debus. Almadad, yang secara harfiah berarti paku besar, merupakan alat utama yang digunakan dalam atraksi ketahanan tubuh yang sangat menantang dalam permainan Debus dan  Debus sendiri merupakan seni bela diri tradisional yang memiliki akar sejarah kuat sejak masuknya Islam di Banten pada abad ke-16. Dalam pertunjukan Debus, para pesilat menunjukkan kemampuan luar biasa dengan menahan tusukan paku, pedang, atau benda tajam lainnya tanpa mengalami luka. Hal ini bukan hanya menampilkan keahlian fisik, tetapi juga kekuatan mental dan spiritual yang diperoleh melalui latihan disiplin dan ritual keagamaan yang mendalam.

Fakta kedua berkaitan dengan makna spiritual Debus yang tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai keislaman yang berkembang di Banten. Debus bukan sekadar pertunjukan seni atau hiburan, melainkan juga media dakwah yang digunakan oleh para ulama dan tokoh masyarakat untuk menyebarkan ajaran Islam. Melalui pertunjukan Debus, masyarakat diajak untuk meneladani sikap sabar, tawakal, dan keteguhan iman dalam menghadapi berbagai ujian hidup. Almadad sebagai simbol kekuatan dan keteguhan hati menjadi lambang bahwa keberanian fisik harus diimbangi dengan kekuatan spiritual yang kokoh agar mampu bertahan dalam kehidupan.

Fakta ketiga adalah kehadiran Tari Ringkang Jawari sebagai ekspresi seni tari yang mengangkat kisah pahlawan wanita Banten. Tari ini lahir sebagai penghormatan terhadap keberanian dan semangat juang perempuan-perempuan Banten dalam mempertahankan daerahnya dari penjajahan dan ancaman luar. Tari Ringkang Jawari menggambarkan sosok wanita yang tidak hanya anggun dan cantik, tetapi juga kuat, tegas, dan penuh semangat perjuangan. Melalui gerakan yang dinamis dan penuh makna, tarian ini mengajarkan nilai kesetaraan gender serta pentingnya peran wanita dalam sejarah dan budaya Banten.

Fakta keempat menyoroti penggunaan Almadad sebagai properti utama dalam Tari Ringkang Jawari. Penggunaan paku besar ini bukan sekadar alat pertunjukan, melainkan simbol kekuatan dan ketegasan yang melekat pada karakter pahlawan wanita yang diangkat dalam tarian. Dengan memadukan unsur seni bela diri dan tari tradisional, Tari Ringkang Jawari menampilkan harmoni antara keberanian fisik dan keindahan gerak yang sarat makna. Hal ini memperkuat identitas budaya Banten yang khas dan membanggakan, sekaligus menunjukkan bagaimana seni tradisional dapat beradaptasi dan berkembang sesuai dengan konteks sosial dan budaya masa kini.

Fakta kelima berkaitan dengan sejarah penciptaan Tari Ringkang Jawari yang relatif baru, yakni pada tahun 2017. Tarian ini digagas oleh Bupati Kabupaten Serang, Hj. Ratu Tatu Chasanah, dan dikembangkan oleh Wiwin Purwinarti bersama Sanggar Wanda Banten. Proses penciptaan tarian ini melibatkan kajian mendalam terhadap sejarah, filosofi, dan nilai-nilai budaya Banten, sehingga menghasilkan karya seni yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga kaya akan pesan moral dan sosial. Tari Ringkang Jawari menjadi bukti nyata bahwa seni tradisional dapat terus diciptakan dan dikembangkan untuk menjawab kebutuhan zaman tanpa kehilangan akar budaya.

Fakta keenam adalah makna simbolik yang terkandung dalam setiap gerakan Tari Ringkang Jawari. Gerakan-gerakan tarian ini dirancang secara cermat untuk menggambarkan perpaduan antara seni bela diri dan ekspresi budaya yang mengajarkan nilai-nilai keberanian, kesetaraan gender, dan semangat perjuangan. Musik pengiring yang menggunakan alat musik tradisional Banten seperti Calung Renteng, Patingtung, Terompet , Rebana Rudat dan Terbang Gede menambah keaslian dan kekayaan budaya tarian ini. Melalui tarian ini, penonton diajak untuk memahami dan menghayati nilai-nilai luhur yang menjadi dasar kehidupan masyarakat Banten, terutama dalam konteks peran perempuan sebagai pilar kekuatan sosial.

Fakta ketujuh yang sangat penting adalah upaya pelestarian Debus dan Tari Ringkang Jawari yang terus dilakukan oleh berbagai pihak di Banten. Pemerintah daerah, komunitas seni, dan masyarakat secara aktif menyelenggarakan festival budaya seperti Festival Budaya Tanara sebagai wadah untuk memperkenalkan dan melestarikan kedua seni ini kepada masyarakat luas, khususnya generasi muda. Pelestarian ini tidak hanya bertujuan menjaga tradisi, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan leluhur dalam menghadapi tantangan globalisasi dan modernisasi.

Gambar 2 : Peserta Tari Ringkang Jawari di Festifal Tanara 
Gambar 2 : Peserta Tari Ringkang Jawari di Festifal Tanara 

Debus juga memiliki ritual khusus sebelum pertunjukan, yang melibatkan doa dan zikir sebagai bentuk penguatan spiritual. Ritual ini bukan sekadar formalitas, melainkan bagian integral dari seni Debus yang memperkuat hubungan antara manusia dan Tuhan. Dengan demikian, Debus menjadi sebuah seni yang tidak hanya mengandalkan kemampuan fisik, tetapi juga kekuatan batin dan keimanan yang tinggi. Hal ini membuat pertunjukan Debus menjadi sangat istimewa dan penuh makna bagi penonton maupun pelakunya.

Tari Ringkang Jawari juga dikenal dengan kostum dan tata rias yang khas, yang didominasi warna coklat dan emas sebagai simbol keberanian dan keagungan. Tata rias wajah para penari menonjolkan kecantikan sekaligus ketegasan, menggambarkan karakter pahlawan wanita yang menjadi inspirasi tarian tersebut. Detail kostum dan riasan ini tidak hanya memperindah penampilan, tetapi juga memperkuat pesan simbolik yang ingin disampaikan melalui tarian, sehingga penonton dapat merasakan atmosfer budaya Banten yang autentik dan penuh makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun