Rasulullah SAW dalam haditsnya juga tidak menyebut "baju baru" yang beliau anjurkan untuk dikenakan di hari raya Idul Fitri atau Idul Adha melainkan "ahsanu tsiyab" (baju terbaik).
Artinya di saat hari raya Idul Fitri Baju lebaran kita bisa memakai baju lama yang ada, yang terbaik dan masih layak untuk dipakai.
Berlaku sederhana dalam merayakan Idul Fitri tidak akan mengurangi kebahagiaan dan kekhidmatan Idul Fitri itu sendiri. Justru hal itu akan terasa lebih mengena dan bermakna.
Esensi dari Idul Fitri bukanlah hal-hal yang bersifat materi seperti makanan atau pakaian yang telah disebutkan tadi. Idul Fitri memiliki esensi yang mendalam, yang merefleksikan nilai-nilai spiritual, sosial, dan kemanusiaan.
Idul Fitri menandakan kembalinya manusia kepada fitrah (kesucian) setelah sebulan penuh menjalani berbagai latihan spiritual. Hal itu dilakukan dalam bentuk melaksanakan ibadah puasa, membaca Al-Qur'an, sholat, dan ibadah-ibadah lainnya.
Selain itu di bulan Ramadan juga dituntut untuk bisa mengendalikan diri dan hawa nafsu dari melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk dan dilarang oleh agama.
Esensi Idul Fitri lainnya adalah momentum untuk saling bersilaturhami dan saling memaafkan dari segala kesalahan yang pernah dilakukan, baik sengaja atau pun tidak disengaja.
Selain itu esensi Idul Fitri juga momentum untuk menjaga hubungan keluarga dan menumbuhkan rasa persaudaraan, menghilangkan prasangka dan dendam, serta menumbuhkan empati dan membantu sesama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI