Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita Masih Bisa Berpesta, Mereka Masih Terlunta-lunta

28 Desember 2022   07:14 Diperbarui: 28 Desember 2022   07:16 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun baru 2023 tinggal menghitung hari, bahkan tinggal dalam hitungan jam. Tak lama lagi kita akan meninggalkan tahun 2022.

Pergantian tahun baru pada umumnya merupakan momen yang cukup menggembirakan, menyenangkan, dan membahagiakan. Dalam momen tersebut kita bisa kumpul bersama keluarga, bercengkrama, dan menikmati aneka makanan. Penuh kehangatan.

Hidangan makanan yang tersaji di momen pergantian tahun baru juga biasanya cukup istimewa dan khas. Tak jarang pula kita mengadakan pesta bakar ikan atau panggang daging yang beraneka ragam. Mungkin panggang iga, sandung lamur, sengkel, dan lain-lain.

Bersyukurlah kita yang masih bisa merayakan tahun baru secara normal dan bisa merayakan pesta. Kita bisa menikmati aneka makanan atau hidangan dan memilihnya sesuai selera.

Namun sebagian dari saudara-saudara kita banyak yang tidak bisa menikmati dan merayakan tahun baru seperti kita. Sebutlah saudara-saudara kita korban gempa Cianjur. Jangankan merayakan pesta tahun baru, tinggal saja masih di tenda-tenda.

Menurut data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) jumlah pengungsi korban gempa Cianjur ada 73.874 jiwa. Saat ini sebagian dari mereka memang sudah ada yang kembali ke rumah masing-masing. Terutama mereka yang rumahnya tidak terdampak parah.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Akan tetapi mereka yang masih berada di tenda-tenda pengungsian jumlahnya jauh lebih banyak. Sebab mereka mau kembali ke mana? Rumah hancur, rata dengan tanah. Bahkan ada dari mereka yang rumahnya hilang tanpa bekas, terkubur longsoran akibat gempa.

Ada juga sebagian dari mereka tidak atau belum mau kembali ke rumah kendati rumahnya masih bisa ditempati. Mereka tidak berani kembali ke rumah karena merasa trauma. Akhirnya memilih untuk tetap tinggal di tenda.

Kita bisa membayangkan bagaimana hidup di dalam tenda sekian lama bersama dengan banyak orang, dengan beragam karakter dan kebiasaan. Privasi merupakan hal yang sangat mahal di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun