Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perokok Anak Masih Marak, Memprihatinkan!

7 November 2022   13:33 Diperbarui: 11 November 2022   08:22 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perokok anak (Sumber: tribunnews.com)

Selain itu mungkin juga karena alasan "kejantanan" dan gengsi. Tak sedikit orang yang beranggapan bahwa merokok adalah simbol "kejantanan". Laki-laki harus merokok, kalau tidak berarti bukan lelaki sejati.

Padahal tidak sedikit pula kaum perempuan yang merokok. Nah bagaimana menyebut mereka? Apakah kaum perempuan yang merokok itu perempuan yang jantan? Jadi rancu kan?

Bagi sebagian anak laki-laki yang tidak tahan dicemooh bahwa kalau tidak merokok bukan laki-laki, mereka akan merasa gengsi dan malu. Tak heran jika mereka pun kemudian mulai "belajar" merokok supaya tidak disebut bukan laki-laki.

Oleh karena itu kemudian mereka merasa bergengsi dan "keren" jika merokok. Mereka merasa menjadi seorang laki-laki.

Namun apa pun alasan masih maraknya perokok anak, hal itu sangat memprihatinkan. Sebab perokok anak bisa jadi lebih rentan terkena dampak negatif rokok. Hal itu berbeda dengan perokok yang sudah dewasa.

Di sinilah dibutuhkan peran serta orang tua dan masyarakat untuk ikut terlibat meminimalisir atau mengurangi jumlah perokok anak. Hal yang bisa dilakukan para orang tua misalnya selain dengan memberi edukasi, juga dengan tidak memberi ruang bagi anak untuk merokok.

Para orang tua harus memberikan pengawasan yang ketat kepada anak-anaknya yang masih usia sekolah untuk tidak merokok. Hal itu bukan berarti membatasi kebebasan anak, tapi demi kebaikan anak sendiri.

Sementara itu pemerintah bisa membuat regulasi untuk menurunkan angka perokok anak. Regulasi itu harus mampu membuat anak untuk tidak merokok.

Bagaimana kalau menutup pabrik rokok? Sepertinya ide ini mustahil. Sebab pasti sangat  banyak orang yang akan protes.

Dengan menutup pabrik juga akan membuat banyak orang yang terlibat dalam industri rokok akan kehilangan pekerjaannya. Dengan kehilangan pekerjaan berarti mereka juga akan kehilangan penghasilan. Ujung-ujungnya akan menambah angka pengangguran.

Akan tetapi hal yang tak kurang gawatnya jika menutup pabrik rokok adalah negara berpotensi kehilangan pendapatannya. Sedangkan penerimaan negara dari industri rokok, yakni dari cukai rokok luar biasa besar. Angkanya mencapai triliunan rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun