Kendati saat ini sekolah ada di mana-mana, namun tidak semua warga masyarakat bisa mengakses sekolah dengan mudah.Â
Bagi sebagian warga masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, di daerah perbukitan/pegunungan, atau di kampung yang berada di tengah-tengah pesawahan, mereka harus pergi ke sekolah dengan penuh perjuangan.
Mereka harus pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Kadang sebagian dari mereka harus pergi ke sekolah melewati sungai atau ngarai, menempuh jarak sampai ribuan meter.
Mereka tidak bisa menggunakan kendaraan seperti motor misalnya. Sebab akses jalan yang sulit dilalui kendaraan.
Kalau tidak memiliki semangat tinggi dan etos belajar yang kuat, mereka bisa berhenti sekolah di tengah jalan. Mungkin sebagian dari mereka lebih memilih bekerja di sawah atau ladang membantu orang tuanya.
Bagi mereka, jalan kaki merupakan satu-satunya hal yang harus dilakukan untuk bisa sampai di sekolah. Mereka tidak mengenal yang namanya angkot (angkutan kota), ojek online, apalagi bis kota atau moda transportasi lain.
Dulu pun saya pernah mengalami berjalan kaki ke sekolah dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Waktu itu saya siswa kelas satu di salah satu SLTA negeri yang ada di ibu kota kabupaten.
Jarak dari rumah ke sekolah kurang lebih 20 kilomter. Namun saya tidak berjalan kaki sejauh itu. Gak kebayang kalau saya harus pergi ke sekolah sejauh itu, bisa-bisa saya pingsan di jalan.
Saya "hanya" berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer, dari rumah ke pinggir jalan protokol. Setelah itu naik mobil (bus, minibus, atau angkutan kota).
Jarak dari rumah ke pinggir jalan protokol memang sejauh 1,5 kilometer. Itu satu kali jalan. Artinya jika PP (pulang pergi), tiap hari saya harus berjalan sejauh 3 kilometer.
