Dalam berbagai kegiatan yang ada di di lingkungan ke-RT an atau ke-RW an baik kegiatan keagamaan atau sosial, ketua RT/RW dituntut harus jadi pelopor dan hadir dalam kegiatan itu. Kalau tidak, akan dicap sebagai ketua RT/RW yang tidak memiliki kepedulian atau tidak peka.
Padahal kalau dipikir-pikir, apa haknya warga masyarakat memaki-maki atau memarahi ketua atau pengurus RT/RW ketika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan atau tidak mereka sepakati. Sebab warga masyarakat tidak memberi gaji atas pekerjaan yang dilakukan ketua atau pengurus RT/RW.
Para ketua atau pengurus RT/RW mau mengambil posisi itu semata-mata untuk kepentingan warga masyarakat sendiri. Dalam hal ini masih untung ada orang yang mau menjadi ketua atau pengurus RT/RW. Kalau tidak, bisa dibayangkan bagaimana semrawutnya kehidupan di  tengah-tengah masyarakat.
Tugas menjadi ketua atau pengurus RT/RW sesungguhnya cukup berat. Dalam istilah Sunda, "mimiti sajadah tepi ka haram jadah". Maknanya, tugas RT/RW itu mulai dari hal-hal yang baik sampai hal-hal buruk.
Jadi, jangan pernah menganggap atau menyepelekan peran seorang ketua atau pengurus RT/RW. Berempati lah sedikit. Kalau perlu bisa mencoba menjadi ketua atau pengurus RT/RW di lingkungan sendiri. Â Â