Keberadaan bebeye sesungguhnya terkait sangat erat dengan "tradisi saling hantar makanan menjelang lebaran", yang pernah saya tulis Kompasiana (11/05/2021). "Tradisi saling hantar makanan menjelang lebaran" itu telah menyebabkan melimpahnya berbagai jenis tumis dan sayur daging.
Oleh karena itu ketika "tradisi saling hantar makanan menjelang lebaran" masih ada, hampir tiap keluarga memiliki stok bebeye yang banyak. Bahkan tidak hanya memiliki stok bebeye satu kuali, banyak keluarga yang memiliki stok bebeye beberapa kuali.
Seiring dengan memudarnya "tradisi saling hantar makanan menjelang lebaran", keberadaan bebeye juga sudah semakin berkurang. Berbeda dengan dulu, saat ini mungkin tidak setiap keluarga memiliki bebeye di hari lebaran atau setelahnya.
Bagi kalangan millenial, nama bebeye bahkan mungkin sesuatu yang asing. Sebab mereka tidak pernah mengalami "tradisi saling hantar makanan menjelang lebaran", yang menjadi "penyuplai" produksi bebeye.
Namun bagi mereka yang pernah mengalami "tradisi saling hantar makanan menjelang lebaran", bebeye bisa jadi makanan favorit di hari raya lebaran atau setelahnya. Kalau pun "bahan baku" bebeye saat ini tidak melimpah seperti dulu, selama ada surplus tumis dan sayur daging bebeye pasti ada.  Â
Di daerah saya, Cianjur, Jawa Barat, selain nama bebeye dikenal pula nama lain sebagai padanannya, seperti ulukutek dan beleketek. Di daerah lain ada juga yang menyebut bebeye dengan bibiye.
Itulah bebeye. Makanan "sisa" lebaran tapi disukai banyak orang. Terutama oleh mereka yang pernah mengalami "tradisi saling hantar makanan menjelang lebaran". Â Â