Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jauh di Mata, Dekat di Hati

20 Agustus 2021   10:33 Diperbarui: 20 Agustus 2021   10:34 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita sering melihat seorang atau sekelompok diaspora di beberapa negara yang bergembira saat memperingati HUT RI tanggal 17 Agustus. Bahkan banyak warga sengaja menunggu waktu itu untuk bertemu dengan teman sesama WNI dan makan bersama dengan menu khas tanah air.

Bagi sebagian diaspora Indonesia tidak ada yang lebih menyenangkan selain itu. Seseorang dengan profesi diplomat atau katakanlah tenaga kerja Indonesia ( TKI) di hongkong misalnya mungkin akan merasa rindu rumah dan kampung halaman saat makan masakan khas daerahnya. Atau dia akan menitikkan air mata ketika bendera merah putih berkibar diiringi lagu Indonesia Raya.

Mereka yang sedang merantau di negeri yang jauh itu akan senang jika bertemu dengan orang-orang yang satu daerah dan mungkin akan terus menjalin silaturahmi antar mereka. Seperti yang mungkin pernah kita lihat suasana hari Minggu di Victoria Park di daerah Causeway Bay di kota Hong Kong. Jika hari Minggu, taman di tengah kota itu tidak seperti di negara Hong Kong, tapi serasa di Indonesia. Karena pada hari itu biasanya mereka menikmati hari libur di taman itu dan secara berkelompok mereka menggelar acara olahraga bersama seperti berlatih pencak silat, berkesenian bersama seperti bernyanyi diiringi gitar sampai pada melaksanakan lomba balap karung atau makan kerupuk.

Mungkin bagi kita itu hal yang biasa, namun bagi mereka di sana, kegiatan itu sama halnya dengan menggalang rasa kebersamaan dan memupuk persatuan. Terlebih lagi menurut beberapa media yang pernah meliput secara langsung, kegiatan ini sangat kental nasionalismenya. Tidak saja mereka merindukan tanah air mereka, tapi juga saling menyemangati sesekali pekerja migran untuk bekerja dengan baik dan pulang ke Indonesia dengan baik pula.

Apa yang dilakukan oleh para pekerja migran alias para TKI itu adalah contoh baik untuk nasionalisme dan rasa optimisme. Bukan hal mudah untuk meninggalkan keluarga dan kemudian bekerja di negara asing sampai masa kontrak berakhir. Rasa optimisme untuk masa depan yang lebih baik mereka bekerja dengan keras dan fokus.

Tak jarang mereka mendengar hoax atau hal negatif dari tanah air, namun itu tak menyurutkan mereka untuk tetap mencintai tanah air. Rasa optimisme dan tak peduli dengan pihak yang ingin memecah belah bangsa itulah yang membuat mereka eksis sampai pada saat ini. Buktinya mereka selalu datang dan bersilaturahmi dengan sesama pekerja migran lain di Victoria Park setiap Minggu. Semoga kisah ini bisa memperkuat dan mempertangguh menghadapi segala tantangan dan hambatan, termasuk pandemi kali ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun