Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ulama Pendakwah Harus Jadi Cerminan Islam Damai

26 November 2020   17:50 Diperbarui: 26 November 2020   17:54 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ratusan bahkan ribuan tahun lalu di Indonesia masyarakat lokal Nusantara (Indonesia) memiliki dua kepercayaan lokal yaitu Dinamisme dan Animisme. Dinamisme mengaju pada kepercayaan bahwa tiap benda memiliki kekuatan yang tidak bisa dilihat secara kasat mata , punya kekuatan gaib dan misterius. Kekuaan benda yang nirmata ini disebut mana. Sedangkan Animisme yang merupakan turunan dari anima artinya jiwa (roh). Roh ini dipercaya bisa makan dan minum.

Lalu ada juga agama yang datang dari India yaitu Hindu dan Budha yang sebagian dari tradisi itu bercampur dengan kepercayaan lokal. Dua agama ini banyak dipeluk oleh masyarakat Nusantara sampai sekarang semisal Hindu Bali di Bali, Budha di beberapa daerah seperti sebagiann kecil Jawa Barat, Sumatera dan Kalimantan.  Kerajaaan Sriwijaya pernah menjadi pusat agama Budha besar di Nusantara.

Lalu agama Islam datang dari Timur Tengah. Agama yang diturunkan oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad Saw mengajarkan beberapa perintah, larangan, dan petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat. Islam sendiri berarti melepaskan diri dari segala penyakit lahir bain, berserah diri, menundukkan diri, dan taat sepenuh hati pada Allah swt.

Beberapa ratus tahun kemudian, Nusantara yang kemudian menjadi negara Indonesia memiliki pemeluk agama Islam yang cukup besar dan diperhitungkan oleh masyarakat global. Namun meski punya pemeluk agama Islam yang sangat besar Indonesia juga punya pemeluk agama lain seperti Kristiani, Budha, Hindu dan Kong Hu Cu serta penganut beberapa aliran kepercayaan.

Di sinilah kehebatan para ulama yang menyebarkan Islam di Nusantara, karena tidak saja mudah diterima oleh masyarakat lokal tetapi tidak berbenturan dengan penganut kepercayaan lainnya. Islam yang berkembang di Indonesia secara sejarah berbeda dengan Islam yang ada di Mesir, Arab Saudi, Palestina dan sebagainya.

Kita mungkin bisa meliha dari sejarah Wali Songo yang nyaris semuanya merupakan keturunan dari Yaman, namun dalam penyebarannya mereka menggunakan cara santun dan familiar di kalangan masyarakat lokal sehingga bisa diterima dengan baik. Kita mungkin bisa melihat peninggalan beberapa masjid di Jawa. Atau kita bisa melihat tata letak dan tradisi yang dilakukan di kampung Ampel Surabaya. Kampung Ampel adalah tempat dimana Sunan Ampel menyebarkan agama Islam di daerah Surabya --Jawa Timur. Meskipun kental dengan nuansa Timur Tengah seperti pada kuliner yang disajikan namun tidak mengilangkan tradisi lokal seperti bahasa dan adat setempat. Masyarakat di sana masih sering melakukan ziarah, slametan dan beberapa ritual lain yang kental dengan nuansa Jawa.

Proses dakwah yang dilakukan oleh Wali Songo umumnya melalui asimilasi dan sinkretisme yang luwes dan adaptif, sehingga apa yang diajarkan para wali itu tidak menimbulkan gejolak dan benturan dengan masyarakat lokal.

Karena itulah, banyak masyakart inernasional terutama dari negara dengan penganut muslim yang cukup banyak seperti Mesir, Afganisan dan beberapa negara di Asia da Afrika sering berkunjung ke Indonesia untuk mengetahui cara dakwah yang dapat diterima dan tidak berbenturan dengan penganut agama lainnya.

Ini merupakan tantangan tersendiri bagi pendakwah kita yang seringkali menimbulkan protes dan silangpendapat antara pemeluk Islam sendiri tentang cara berdakwah yang membawa konflik bahkan provokatif. Dakwah yang demikian sesungguhnya tidak mencerminkan Islam itu sendiri; yang damai, membawa kebenaran dunia akhirat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun