Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini (2024) telah menerbitkan 46 judul buku, 22 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Buku terbaru "Tangguh: Anak Transmigran jadi Profesor di Amerika", diterbitkan Tatakata Grafika, yang merupakan biografi Peter Suwarno, associate professor di School of International Letters and Cultures di Arizone State University, Amerika Serikat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Mengapa Game Penting bagi Skill Menulis Fiksi?

21 September 2015   11:29 Diperbarui: 21 September 2015   11:38 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Starcraft: Brood War yang menghebohkan (foto: Wikipedia)"][/caption]

Agak jarang dari biasanya, kalimat bijak motivator Mario Teguh beberapa hari lalu menuai protes. Petuahnya tentang habit main video game di kalangan ayah disanggah oleh Anton Soeharyo, yang adalah CEO perusahaan pengembang game Touchten. Dan para gamers pun merapatkan barisan untuk bersama-sama mengoposisi statemen Mario Teguh itu.

Terlepas dari konteks dan latar belakang pernyataan tersebut, pendapat MT menggambarkan pandangan umum masyarakat tentang video game, khususnya para pendidik dan orangtua. Game dilihat sebagai sesuatu yang bisa men-distract anak-anak dan remaja dari pengejaran akan hal-hal baik dalam hidup.

Pandangan ini mengemuka ketika eksistensi game dianggap tak lebih dari sekadar fungsi dasarnya sebagai mainan—sama seperti mobil-mobilan atau boneka Barbie. Sementara banyak pula penerapan lanjutan game—yang pada dasarnya adalah teknologi hiburan interaktif audio visual—merembes hingga ke dunia-dunia serius yang berkaitan dengan nyawa manusia.

Simulasi penerbangan bagi para siswa sekolah penerbangan, misalnya, dan yang tempo hari kerap dihadirkan di berita-berita televisi menyusul banyaknya kecelakaan pesawat terbang, apa pula itu jika bukan video game? Pesawat tanpa awak (drone) untuk berbagai keperluan pun pada dasarnya adalah kelanjutan teknologi games juga.

Oleh karena itu, penilaian tentang game seharusnya juga ditinjau dari aspek kegunaannya secara luas, suatu analisis komprehensif yang bersifat multidimensional. Akan lebih oke jika pernah menjajal pula. Jika hanya dilihat dari satu sisi—entah itu pendapat pribadi atau menyesuaikan dengan anggapan umum—berarti itu tak lebih dari sekadar persepsi, yang amat fatal jika diluncurkan sebagai sebuah petuah.

Karena ketika kita bisa melihat game—dan basically anything in life—secara luas dan menyeluruh, maka kita akan tahu pula dua hal terpenting yang dikandung semua hal: manfaat & mudharat. Dan pengetahuan terhadap kedua hal itu akan membuat kita cerdas dalam pemanfaatan. Mana yang membuat sesuatu menjadi berguna, dan sisi mana pula yang merugikan sehingga kudu dihindari.

Aku sendiri, yang kenal game sejak umur 14 dan terus main hingga kini, menjadi selektif dengan sendirinya sehingga tak pernah terjebak sisi antagonis game. Misal keasyikan ngegame lalu lupa belajar, sehari semalam main game online sampai semaput, atau meniru kekerasan di game. Dan itu terjadi bukan karena aku diproteksi ortu dari game, melainkan justru karena dibiarkan menekuni secara bebas namun dengan supervisi yang proporsional, terutama dalam hal etika dan character building.

Bahkan ada elemen mengejutkan yang kemudian muncul, yaitu kegunaannya bagi skill menulis (terutama fiksi). Sekarang bisa kukatakan dengan pasti bahwa perkembangan skill nulisku akan sangat berbeda andai dulu sama sekali nggak kenal game. Dan setelah merenungkannya dengan saksama sambil kungkum, bisa disimpulkan beberapa nilai penting hobi ngegame bagi kemampuan mengarang…

 

Memperluas Belantara Ide

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun