Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini telah menerbitkan 29 judul buku, 17 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Yang terbaru adalah novel Elang Menoreh: Perjalanan Purwa Kala (terbit 1 November 2018) terbitan Metamind, imprint fiksi dewasa PT Tiga Serangkai.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

6 Jenis Sinetron yang Takkan Pernah Diproduksi di Indonesia

10 April 2016   23:42 Diperbarui: 4 April 2017   16:22 2916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="(Foto: becoming minimalist | Sumber: moviepilot.com)"][/caption]Di negeri ini, sinetron adalah seperti junk food—mengusik para pakar namun diantre masyarakat umum. Dan kedua belah pihak pun sama-sama bingung terhadap pilihan masing-masing. Para pakar berpendapat, “Kayak gitu kok ya ditonton?”. Dan warga protes, “Apa salahnya sedikit hiburan setelah hari yang padat dan bikin penat!?”.

Namun di sisi sebelah mana pun Anda berada, satu hal bakal tetap sama-sama disepakati, yaitu bahwa pilihan “menu” tak tersedia banyak. Melodrama dan roman selalu jadi sajian utama. Lalu ada sedikit variasi di cerita laga (silat sejarah atau mistik-klenik), horor, komedi, dan fantasi mistis (semacam Tujuh Manusia Harimau).

Yang terbiasa menikmati kekayaan variasi tema cerita dari serial TV Hollywood dan drama Korea pasti akan gigit jari melihat betapa terbatasnya pilihan genre di sinetron Indonesia. Oleh karena itu, maka tema-tema di bawah ini hampir pasti tak akan pernah hadir di layar kaca kita, setidaknya hingga masa hidup kita berakhir—dengan berbagai pertimbangan...

[caption caption="Star Trek: The Next Generation (Foto: Fanpop.com)"]

[/caption]

Space Opera

Genre space opera tak sesederhana bicara alien yang turun ke Bumi lalu punya kekuatan aneh-aneh, namun kisah yang kompleks dan luas tentang konflik politik, ras, dan percintaan berlatar otherworld (planet selain punya kita). Contohnya adalah seperti Battlestar Galactica, Star Trek, dan juga Babylon 5.

Jenis cerita ini tak akan pernah dimunculkan oleh para eksekutif PH dan stasiun TV swasta Indonesia. Bujet pasti membengkak untuk pembuatan adegan animasi, set dekor, tata rias, dan busana. Belum lagi kualitas penulisan, yang kemungkinan besar masih memuat alien pembela kebajikan, alien penuh nasihat yang menyelesaikan semua peperangan lewat ceramah, atau kapten kapal antariksa yang berkata, “Kita harus memenangkan perang kali ini!” (lalu di depan TV aku menyahut, “Ya iya laaah...!”).

So, bagi para geek penggemar Kapten Picard atau Luke Skywalker, Anda harus menunggu hingga cucu buyut Anda sebelum lahir genre cerita ini yang asli buatan Indonesia. Dengan kata lain, Anda sudah tak akan ada lagi di sini untuk menyaksikannya.

[caption caption="CSI: Crime Scene Investigation (Foto: greekep.com)"]

[/caption]

Police Procedural

NET. sudah memulai genre ini di sini lewat Enigma beberapa waktu lalu. Sayang sisi proseduralnya masih belum tergali, dan malah lebih sibuk memotret melodrama percintaan biasa saja (dan Ferry Salim masih memerintahkan, “Kita harus bisa memecahkan kasus ini!” di episode perdana).

Bila aspek prosedur kerja polisi harus serinci yang dihadirkan CSI: Crime Scene Investigation, maka kendala utama adalah di proses penulisannya. Penulis harus paham cara kerja kepolisian, lalu mengkonsultasikannya pada petugas kepolisian yang dijadikan konsultan cerita, baru kemudian merevisi skenario. Pola kerja ini hanya cocok bagi sinetron yang tayang mingguan, sedang pada umumnya sinetron kita kan tayang tiap hari, dan yang syuting hari ini bakal tayang dua hari lagi.

Selain itu, bujet untuk honor konsultan pasti akan dicoret oleh produser eksekutif. Atau sang produser menganggap genre cerita ini masih terlalu cerdas bagi kebanyakan pemirsa TV (actually, inilah jawaban yang kuterima dari pihak PH sewaktu aku sok nekat mengusulkan cerita ala CSI dan NCIS tahun 2007 lalu!).

[caption caption="You Who Came from the Stars (Foto: minimore.com)"]

[/caption]

Fantasi & Sci-Fi

Pernah nonton Under the Dome atau Princess Hours? Yang pertama tentang sebuah kota yang terkurung sebuah kubah raksasa yang tak terlihat. Yang kedua tentang negeri Korea Selatan modern namun yang tak berpemerintahan demokrasi-republik seperti saat ini, melainkan masih menganut sistem monarki absolut layaknya pada zaman Dinasti Joseon.

Cerita-cerita bergenre ini yang ori buatan RI tak akan pernah hadir di layar kaca karena orang kita tak canggih dalam masalah orisinalitas. Sementara, syarat utama cerita fantasi dan fiksi ilmiah yang baik adalah di sisi itu. Konsep harus baru, sama sekali fresh dan beda. Sama-sama fantasi/sci-fi, namun konsep cerita Sense8 sudah beda jauh dari Wayward Pines atau You Who Came from the Stars.

Dan kita, sebagaimana diketahui, pernah menemukan judul Kau yang Berasal dari Bintang (untung judul Cewek Gue Rase Berekor Sembilan belum sempat diproduksi!).

[caption caption="Da Vinci's Demons (Foto: TVGuide.com)"]

[/caption]

Kisah Sejarah

Tiap kali nonton sinetron (silat) sejarah, dulu almarhum ayahku selalu protes soal warna pakaian yang warna-warni manyala. Pasalnya, pada abad pertengahan hingga era kolonial, pigmen untuk pakaian di Jawa hanya ada tiga: hitam, cokelat tua (kayak di baju lurik), dan biru gelap. Di Eropa setali tiga uang (di kisah Da Vinci’s Demons dan Outlander kayaknya tak baju oranye atau pink).

Maka bila sinetron berlatar belakang sejarah harus sedetail Jewel in the Palace dalam masalah kostum, tata rias, dan tata rambut, kembali yang dipersoalkan pasti bujet—plus konsultan sejarah, yang bisa memberi informasi ilmiah tentang itu semua. Belum lagi soal diet, di mana raja Pasundan pada abad ke-13 Masehi tentunya tidak makan apel Washington yang baru ada di Hindia Belanda pada awal abad ke-20!

[caption caption="Band of Brothers (Foto: DDay-Overlord.com)"]

[/caption]

Perang

Serial TV bergenre cerita perang seperti The Pacific atau Band of Brothers punya tingkat kesulitan ganda: semua pernik harus akurat sesuai fakta sejarah dan pada pengadaan perlengkapan persenjataan (yang juga harus sesuai sejarah).

Kalau hanya pistol dan senapan serta baju tempur, mudah bikin sendiri replikanya. Tapi gimana dengan tank, panser, jip, truk angkutan, meriam, dan especially pesawat? Untuk film layar lebar barangkali masih bisa diusahakan, namun sinetron? Usulan untuk produksi genre cerita ini barangkali berhenti sebatas obrolan di kantin PH, dengan salah satu kru mengingatkan, “Kalau sampai terdengar Bos, asam uratnya pasti kambuh!”

Jadi, sabar dulu ya, para penggemar cerita perang...!

[caption caption="Breaking Bad (Foto: Wired.com)"]

[/caption]

False Protagonist

Ini adalah jenis cerita di mana protagonisnya palsu, alias bukan protagonis sama sekali. Yang jadi tokoh utama umumnya bukan warga baik putih suci sepeti Pak Ustad di serial Adit & Sopo Jarwo, melainkan justru penjahat. Di serial Breaking Bad ada guru kimia SMA yang menjadi peracik metamphetamine (sabu) terbaik di dunia. Dia hadir dengan segala detail peracikan sabu (yang mana sebetulnya cuman kegiatan kimia di lab) dan dunia peredaran narkoba.

Penayangan cerita yang “berpihak pada kejahatan” semacam ini jelas akan mengundang kontroversi. Kalaupun tayang, gambar sang tokoh utama dan kegiatannya melakukan tindak kejahatan (termasuk mengelabui polisi) pasti akan di-blur semua. Dan karena 85% adegannya penuh berisi pernak-pernik dunia hitam, pada dasarnya kita nggak akan nonton apa-apa sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun