Mohon tunggu...
Wiwid Nurwidayati
Wiwid Nurwidayati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Suka nulis, suka baca buku, suka makan, suka jalan-jalan. Pemilik website : https://wiwidstory.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Rindu Momen Ramadan Saat Masih Kecil

20 April 2021   00:46 Diperbarui: 20 April 2021   01:01 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu saat berbuka. Credit:telisik.id

Ramadan selalu memiliki ciri khas tersendiri. Ada hal-hal yang memang lain dari biasanya yang kita rindukan. Bahkan kita yang dewasa saja merindukan momen-momen Ramadan. Entah mengapa Ramadan bagi saya hari-hari terasa begitu lebih hidup.

Lihat saja saat menjelang berbuka, berderet orang menjual aneka panganan berbuka. Segala macam jenis minuman seperti cendol, es teler, kolak, es sirup. Kue berbagai macam bentuk dan rasa, juga aneka lauk pauk. Siapapun tidak perlu repot-repot memasak jika memang tidak meiliki waktu banyak.

Keramaian yang lain terlihat ketika setelah Isya. Oarang berbondong-bondong menuju ke masjid untuk menunaikan ibadah salat tarawih. lalu dilanjutkan tadarus hingga mungkin sampai pukul 22.00 wib atau 23.00 wib. Rasanya ada ghirah atau semangat tersendiri merasakan nuansa Ramadan yang berbeda dari bulan-bulan biasanya.

Di akhir Ramadan ada momen mudik, meskipun tahun ini mudikbesar-besaran di larang oleh pemerintah untuk menghentikan penyebaran virus Corona. Tapi momen mudik lokal masih diperbolehkan. Ramadan adalah bulan spesial yang selalu dirindukan.

Saya sendiri ketika sedang menunggu saat-saat berbuka teringat ramadan zaman kecil dulu. Dibandingkan dengan anak-anak zaman sekarang, ramadan 30 tahunan yang lalu, terlebih saya masih tinggal di kampung, sangat jauh berbeda. Mengingat momen-momen Ramadan masa kecil terkadang rasanya ingin kembali ke masa itu. Berikut ini momen Ramadan masa kecil yang dirindukan.

1. Nyadran

Nyadran adalah momen bersedekah dan mendoa bagi para leluhur atau saudara-saudara yang sudah meninggalkan kita terlebih dahulu. Nyadran biasanya diadakan beberapa hari sebelum ramadan datang. Hari itu kami membawa berbagai macam makanan. Biasanya ditaruh dalam "tenong", tempat berbentuk bulat dari anyaman bambu, dan berkumpul di area dekat pemakaman. Setelah prosesi mendoa selesai, kami saling bertukar makanan. Biasanya yang bertukar yang duduk bersebelahan. 

Nyadran. Credit: menpan.go.id
Nyadran. Credit: menpan.go.id

Bagi kami yang masih anak-anak, momen ini sangat menyenangkan. Karena dapat mencicipi berbagai macam penganan yang lezat, yang jarang ditemukan pada hari biasa.

2.  Menanti Takjil

Ada suatu kebahagiaan tersendiri dulu saat menanti takjil dihidangkan. Dulu kami setiap sore menjelang berbuka ada acara mengaji, seperi mengulang-ulang bacaan-bacaan shalat. Setelahnya kami (saya dan anak-anak lainnya) duduk berjejer rapi di teras surau menunggu jatah takjil dihidangkan. Entah mengapa, ada kebahagiaan tersendiri meski terkadang takjilnya juga makanan sederhana.

Kini ketika saya tanyakan kepada pemilik surau, ternyata tak ada lagi momen-momen seperti dahulu. Surau kini sepi, anak-anak tak banyak yang mengaji lagi. Beliau bilang, masa saya adalah masa kejayaan surau tersebut.

3. Main Long Bumbung 

Sebagian besar orang Jawa pasti tahu dong, Long Bumbung. Ini mercon dari bambu. Biasanya di buat sendiri. Setiap hari, selepas berbuka atau tarawih, saya, adik dan kakak memainkan long bumbung ini. Suaranya berdentum. Cukup memerlukan minyak tanah, korek api dan bambu penyulut untuk menghidupkan long bumbung. Perlu diketahui, tahun 90-an, minyak tanah harganya masih sangat terjangkau. Hehehehe.

Credit:grid.id. Permainan Long Bumbung
Credit:grid.id. Permainan Long Bumbung

4. Jalan-Jalan Pagi Selepas Subuh

Ini salah satu momen yang paling ditunggu. Hehehehe. Terutama bagi ABG. Biasanya kami jalan pagi berombongan. Selepas salat subuh dan kultum, kami semua dari anak-anak hingga dewasa jalan-jalan pagi. Kebetulan saya tinggal di kaki Gunung Merapi Yogya. Jadi, nuansa pagi yang dingin di antara petak-petak sawah, atau menyaksikan puncak merapi yang sedang mengalirkan laharnya, juga menyaksikan embun-embun yang masih menempel di dedauan terasa begitu indah.

Yang juga tidak terlupa, teman-teman saya yang saat itu mungkin sedang masa puber, menarik perhatian lawan jenisnya saat bersimpangan jalan. Beberapa diantaranya juga mendapatkan "pacar" saat itu. 

Sekarang semuanya tinggal kenangan bagi saya. Selain karena saya tinggal jauh di pulau seberang, saya pun tak pernah menemukan momen seperti itu lagi di sini. Ramadan sungguh membawa berkah, selalu ditunggu, dan menjadi kenangan tersendiri dari tahun ke tahun. (end)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun