Mohon tunggu...
Wiwid Nurwidayati
Wiwid Nurwidayati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Suka nulis, suka baca buku, suka makan, suka jalan-jalan. Pemilik website : https://wiwidstory.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mangga yang Berjatuhan dan Kepergian Ayah

3 April 2021   21:45 Diperbarui: 20 Mei 2021   15:50 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mangga Manalagi yang Jatuh di Halaman

Di depan rumah saya di Batam yang tidak begitu luas, berdiri kokoh pohon mangga manalagi. Kini buahnya sedang tumbuh lumayan lebat, menggelantung menggoda siapa saja yang menatapnya.

Kami tak pernah menduga mangga manalagi yang dulu terlihat setengah mati, kini kami menuai manisnya. Butuh waktu hampir 6 tahun, mangga manalagi ini berbuah. Sekarang ini mangga manalagi sedang berbuah banyak, berbeda dengan tahun lalu yang jumlahnya tidak sampai 20 biji.

Sudah beberapa kali mangga masak jatuh sendiri dan masih rezeki kami, karena kami yang menemukannya. Seperti sore tadi, terdengar suara "bug". Si manalagi tergeletak manis menggoda. Juga pagi kemarin, sepulang saya belanja, si Manalagi sudah jatuh tergeletak di halaman.

Mangga jatuh, nuansa mendung mengingatkan saya akan kepergian ayah. Siang itu, 33 tahun yang lalu, saat ayah sedang dipanggul di atas bahu-bahu yang  berdiri di bawah pohon mangga nan rimbun yang tumbuh di halaman untuk berdiam sejenak karena acara perpisahan dengan anak-anak, kerabat, dan handai taulan, beberapa buah mangga manalagi berjatuhan. Tentu saja, kupungut dan setelah pemakaman ayah, mangga itu dikupas.

Mangga manalagi jatuh dan buahnya yang manis seolah memberikan pelajaran bagi kami yang ditinggalkan ayah, bahwa sepahit atau sesedih apapun keadaan kami karena kepergian ayah, pasti akan adahal-hal yang manis Allah berikan kepada kami.

Buah mangga dan Ayah, mengingatkan lagi akan deretan berbagai macam buah-buahan yang tumbuh di halaman. Ketika ayah masih hidup berderet pohon buah-buahan di halaman. Ada jambu merah, jambu mede, pepaya, rambutan, jeruk manis, jambu bangkok, 3 pohon melinjo yang berjejer rimbun, pohon kelapa. 

Di samping rumah berdiri pohon mangga dan buah belimbing, pohon melinjo, labu siam, cabe, kencur, jahe, kunyit dan rambutan. Di belakang rumah, terhampar batang-batang pohon nanas, jambu mete, jambu kluthuk, buah cheri (talok), pohon nangka. Pokoknya hampir tidak ada tanah yang menganggur.

Namun semua itu tinggal kenangan, sejak ayah pergi, satu persatu pohon itu mati. Bahkan kini pohon mangga yang dulu menaungi ayah sebelum dimakamkan sudah tidak ada sisanya lagi. Hanya tinggal pohon-pohon tua seperti pohon kelapa, pohon melinjo,pohon belimbing  di halaman.

Mungkin mereka tahu, kami ahli warisnya tidak setulus ayah merawat tanaman-tanamannya. Selamat beristirahat ayah, Semoga di lapangkan tempat peristirahatanmu kini. Af-fatihah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun