Mohon tunggu...
Wisnu Wizzy Wardana
Wisnu Wizzy Wardana Mohon Tunggu... Program Doktor Ilmu komunikasi Universitas Sahid Jakarta

In Omnia Paratus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Health Communication and Marketing Funnel: Pendekatan Strategis dalam Kampanye Perilaku Hidup Sehat

16 Juni 2025   02:52 Diperbarui: 16 Juni 2025   02:57 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Health Communication and Marketing Funnel (sumber: www.letstalkpublichealth.com)

Oleh: Wisnu Wardana

Program Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta

Masalah kesehatan masyarakat yang terus berkembang menuntut cara baru dalam menyampaikan pesan kampanye kesehatan. Salah satu pendekatan yang kini dianggap efektif adalah Health Communication and Marketing Funnel. Strategi ini dikembangkan berdasarkan Transtheoretical Model (TTM), yang diperkenalkan oleh Prochaska dan DiClemente pada tahun 1983. TTM menjelaskan bahwa perubahan perilaku kesehatan terjadi secara bertahap dan melibatkan proses kesadaran serta kesiapan seseorang, bukan terjadi secara mendadak. Meskipun teori ini sudah ada sejak lama namun pengaplikasiannya masih relevan dengan kondisi saat ini.

Menurut TTM, perubahan perilaku terdiri dari beberapa tahap: mulai dari belum ingin berubah (precontemplation), mulai mempertimbangkan perubahan (contemplation), bersiap-siap (preparation), mulai bertindak (action), hingga menjaga perubahan (maintenance). Ini berarti pesan kampanye harus disesuaikan dengan posisi seseorang dalam tahapan tersebut. Misalnya, orang yang belum berpikir untuk berhenti merokok memerlukan pesan yang berbeda dari orang yang sudah mencoba berhenti.

Karen Glanz dan rekan-rekannya (2015) menyusun Health Communication and Marketing Funnel dengan lima jenis informasi yang bertahap, yakni: informasi umum, edukatif, praktis, motivasi, dan prediktif. Kelima jenis informasi ini membentuk jalur komunikasi yang dapat menuntun seseorang dari sekadar tahu hingga mampu menjaga perilaku sehat dalam jangka panjang.

Langkah awal dalam funnel ini adalah menyampaikan informasi umum. Tujuannya agar orang sadar dulu terhadap isu kesehatannya. Misalnya, WHO pada 2023 menggelar kampanye pentingnya mengenali depresi sejak dini. Poster, video, dan cerita figur publik digunakan agar masyarakat lebih peduli dan merasa terhubung dengan isu tersebut. Kampanye seperti ini sangat membantu menjangkau orang-orang yang belum sadar akan risiko yang mereka hadapi.

Tahap berikutnya adalah informasi edukatif. Pesan edukatif membantu orang memahami secara logis mengapa mereka perlu berubah. Contohnya, Kementerian Kesehatan Indonesia menyebarkan fakta bahwa sekitar 1 dari 5 remaja Indonesia merokok. Mereka juga menekankan nilai positif dari berhenti merokok, seperti menjadi teladan keluarga. Tujuannya agar orang merasa bahwa perubahan itu penting dan sejalan dengan nilai hidup mereka.

Setelah orang mulai tertarik untuk berubah, informasi praktis sangat penting. Ini mencakup petunjuk langkah demi langkah yang mudah diikuti. Misalnya, kampanye "Isi Piringku" mengajarkan komposisi makanan sehat melalui gambar dan infografis. Orang tidak hanya diberi tahu apa yang sehat, tapi juga bagaimana caranya menjalankan pola makan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Tahap keempat adalah informasi motivasi, yang ditujukan untuk menjaga semangat orang yang mulai berubah. Tantangan online seperti "30 Hari Tanpa Gula" adalah contoh strategi ini. Peserta mendapat dukungan komunitas dan hadiah simbolis yang membantu mereka bertahan menjalani pola hidup sehat. Ini menunjukkan bahwa dukungan sosial dan penguatan positif penting dalam menjaga komitmen seseorang.

Tahap terakhir adalah penggunaan informasi prediktif. Teknologi seperti AI dan machine learning bisa mengirim pesan kesehatan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing orang. Contohnya, aplikasi seperti Google Fit bisa mengingatkan pengguna untuk minum air atau jalan kaki setiap hari berdasarkan kebiasaan mereka. Laporan McKinsey (2023) menunjukkan pendekatan ini meningkatkan keterlibatan masyarakat hingga 42%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun