Pada tahun 2021, Nuha Banin Darajatin Aliyah menghadapi ujian hidup yang cukup berat. Ia terbaring koma selama satu minggu di rumah sakit akibat malpraktik. Vonis dokter begitu menyakitkan: hanya ada peluang 1% baginya untuk hidup normal kembali. Namun, kisah Nuha adalah bukti nyata bagaimana keyakinan kepada Allah dan mukjizat Al-Qur'an mampu mengubah segalanya.
Perjuangan di Tengah Keputusasaan
Saat menjelang adzan subuh di hari kedelapan, Nuha akhirnya terbangun dari koma. Namun, kondisinya sangat lemah. Ia harus menerima kenyataan pahit bahwa sebagian ingatannya hilang, pandangannya buram, dan kedua bola matanya tak lagi sempurna akibat infeksi di otaknya. Kala itu, Nuha masih duduk di kelas 3 SMA Trensains Tebuireng 2. Ia menjalani perawatan intensif selama satu bulan penuh di rumah sakit. Meski kondisinya belum pulih sepenuhnya, Nuha harus pulang ke rumah karena ujian tengah semester kelas 12 sudah di depan mata. Dalam kondisi yang serba terbatas, ia tetap berusaha bangkit.
Cahaya di Tengah Kegelapan
Nuha mengenang momen paling berkesan dalam hidupnya, saat ia merasa benar-benar kehilangan harapan.Â
"Saya merasa seperti tidak punya alasan lagi untuk hidup. Semua cita-cita saya terasa tenggelam begitu saja," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.Â
Namun, di tengah kegelapan itu, Allah memberikan Nuha petunjuk melalui sebuah cahaya.
"Sekitar pukul 17.00, saya mengurung diri di kamar, menutup semua jendela dan pintu. Saya benar-benar sendiri. Lalu, saya melihat cahaya putih bersih bersinar di atas meja belajar saya. Ketika saya mendekat, ternyata cahaya itu berasal dari Al-Qur'an," ungkapnya penuh haru.Â
Kemudian, Nuha mengambil Al-Qur'an itu dan mulai membacanya.Â
"Saat itu, pandangan saya yang tadinya buram tiba-tiba menjadi jernih ketika melihat ayat-ayat Al-Qur'an. Saya begitu terkejut dan segera berlari menemui ayah saya. Saya berkata kepada beliau, 'Ayah, jika Ayah tidak ingin saya menjalani operasi saraf otak karena risikonya tinggi, saya percaya Al-Qur'an ini yang akan menyembuhkan saya,'" tuturnya sambil menirukan gestur menyerahkan Al-Qur'an kepada ayahnya.