Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Di Depan Istana Merdeka

18 Agustus 2010   00:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:56 2554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

saya hendak berbagi foto saja. saya mendapati foto ini saat sedang membuka foto-foto kelahiran kiandra, anak pertama saya. karena waktu penjepretannya berdekatan, foto ini saya temukan. senang saya mendapati lagi foto ini. apalagi, momentumnya pas dengan hari ulang tahun kemerdekaan republik indonesia kita tercinta. di tengah suasana murung dan gelisah yang saya rasakan menjelang dan saat peringatan hari kemerdekaan, foto ini melegakan dan mengusir sejenak kemurungan. foto lawas memang. tapi, kenangan akan masa lalu yang menyenangkan dan menghadirkan titik cerah menurut saya pantas dikenang. kenangan atasnya menurut saya perlu dihadirkan. bukan untuk lari dari kenyataan hari ini yang melelahkan dan menghadirkan kemurungan. bukan. kenangan yang menyenangkan dan cerah itu semoga saja menghadirkan harapan.  ya, harapan untuk mengatasi kemurungan yang belakangan seperti mengepung kekinian dan menghalangi capaian gemilang di masa depan. untuk mendapatkan konteksnya, saya coba bagikan ingatan pendek saya kepada anda tentang foto ini. saat itu, 16 agustus 2006 sore. empat tahun lalu, pak beye tentu belum seseontasa sekarang tubuhnya. pipinya juga belum sangat tebal. pak beye masih lebih ramping dan gesit mengambil langkah dan gerakannya. dengan kegesitan itu, sore hari sebelum peringatan detik-detik proklamasi, pak beye didampingi bu ani mengelilingi istana merdeka dan istana negara. taman di antara istana merdeka dan istana negara yang luasnya sekitar separuh lapangan sepakbola menjadi tujuan akhirnya. mendapati kegiatan di luar jadwal resmi itu, kami para wartawan yang masih menikmati sore di istana yang indah karena kesejukan dan burung-burung aneka suara berdiri bergegas. lamunan tentang nikmatnya sore di istana segera kami tinggalkan. kamera pinjaman kantor tidak lupa saya siapkan. tanpa didampingi banyak anggota tim horenya, pak beye berjalan menuju lapangan rumput di depan istana merdeka. di lapangan rumput yang akan dipakai untuk peringatan detik-detik proklamasi, pak beye menunjukkan tangannya di satu titik. "di sini saya pernah berdiri menjadi komandan upacara." begitu ujar pak beye dengan wajah cerah ceria. tak tergambar kemurungan seperti belakangan kerap hadir menjadi hiasan muka. dari titik komandan upacara itu, pak beye bergeser ke sisi timur istana merdeka. di sana, pak beye dengan riang gembira bertepuk tangan memberi aba-aba dan mengikuti irama pemain perkusi yang sedang latihan. tentu saja, pemusik asal bengkulu bergembira disapa pemimpinnya. apalagi, sapaan itu spontan tidak terduga atau terencana. baik pak beye dan pemain musik saling sapa dan tentu saja tertawa gembira. lepas suasananya. sungguh senang bisa mendapati spontanitas tak terduga ini karena memang jarang. apalagi hari-hari belakangan, saat persoalan bangsa mungkin menyita banyak pikiran dan perhatian. dalam pidato kenegaraan di depan anggota dpr senin lalu, pak beye yang seperti hilang keceriaannya menyatakan: pekerjaan besar bangsa indonesia hingga saat ini belum selesai. menurutnya, masalah bangsa bukannya kian berkurang, melainkan justru berkembang semakin kompleks. kembali ke keceriaan empat tahun lalu. selepas bercanda dengan pemusik asal bengkulu, pak beye menuju taman hijau di antara istana merdeka dan istana negara. duduk di panggung para pemenang indonesia idol menyumbang nyanyian, pak beye menghibur para petugas yang sedang menyiapkan banyak hal. didampingi bu ani, pak beye minta organ tunggal dihadirkan. pak sudi silalahi yang merupakan orang terdekat setelah bu ani ikut mendampingi. dari kumpulan lagu-lagu yang sudah dibundel, pak beye memilih lagu yang hendak dinyanyikan. lagu-lagu lawas era 70an lantas dipilih dan dinyanyikan. lagu koes plus berjudul "andaikan kau datang" dipilih sebagai salah satu yang dinyanyikan. kami senang. pak beye dan bu ani tampil seperti manusia kebanyakan. hampir tidak ada jarak di antara pak beye, bu ani, dan para wartawan. beberapa wartawan duduk berdampingan dengan bu ani ceria tanpa rambut sasakan. tidak ada pasukan pengamanan presiden yang gusar. namun, sekali lagi, keceriaan dan spontanitas ini hanya tertinggal di masa lalu. tahun-tahun setelahnya, saat dukungan makin banyak didapat dari rakyat lewat pilpres 2009, keceriaan dan spontanitas itu justru tidak lagi datang. saya masih belum menemukan jawaban, kenapa justru demikian? belakangan, saya justru kerap melihat pak beye seperti orang yang berbeban. penglihatan saya mungkin keliru secara kaca mata minus memang menghadang. meskipun berpotensi keliru, tetap saja kenangan akan keceriaan di awal-awal pemerintahan periode pertama pak beye saya bagikan. waktu tepatnya tentu saja sebelum operasi di dahi itu dilakukan. salam murung. [caption id="attachment_229658" align="alignnone" width="500" caption="pak beye menengok titik tempanya pernah menjadi komandan upacara di halaman depan istana merdeka (2006.wisnunugroho)"][/caption] [caption id="attachment_229660" align="alignnone" width="500" caption="pak beye dengan keceriaannya menghampiri para pemusik yang mengisi peringatan hut kemerdekaan ri di istana merdeka. (2006.wisnunugroho)"][/caption] [caption id="attachment_229662" align="alignnone" width="500" caption="pak beye didampingi bu ani dan pak sudi membaur dengan para pekerja dan menghibur dengan manyanyikan beberapa lagu. (2006.wisnunugroho)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun