Mohon tunggu...
Wisesha Fikri
Wisesha Fikri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hai

Halo

Selanjutnya

Tutup

Politik

Diplomasi Indonesia Era Soekarno: Konferensi Asia Afrika

28 April 2021   13:30 Diperbarui: 28 April 2021   13:34 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Soekarno dan Moh. hatta telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Mereka membawa negara ini ke era baru, di mana Indonesia resmi menjadi negara. Sebagai negara baru tentunya Indonesia membutuhkan pengakuan dari negara lain yaitu Indonesia yang sudah mapan dan siap menjadi anggota komunitas internasional. Selain itu, setelah Indonesia merdeka dan berakhirnya Perang Dunia II, blok politik dunia terbagi menjadi kekuatan-kekuatan besar antara Blok Barat (Amerika Serikat) dan Blok Timur (Uni Soviet). Banyak negara di dunia juga tidak lepas dari aliran konstelasi ini, dan mereka berlomba-lomba menjadi aliansi blok Barat dan Timur.

Dalam situasi politik selama Perang Dingin, berjuang untuk hidup berdampingan secara damai, Indonesia menggunakan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Salah satu ciri penerapan politik yang bebas aktif adalah politik non blok. Dalam hal ini, Indonesia bebas memilih jalannya dalam politik dunia. Tidak ada tekanan di dalam atau di luar. Indonesia kemudian tidak jatuh ke tangan blok Barat atau Timur. Indonesia berusaha berdiri di tengah, bukan ke pihak AS atau Soviet. Karena jika mendukung salah satu pihak, salah satunya akan melemahkan semangat dan makna "kebebasan" itu sendiri.

Pada bulan Januari 1950, Presiden Soekarno melakukan kunjungan internasional pertamanya sebagai Presiden Republik Indonesia, yaitu ke India, Pakistan dan Myanmar. India dan Indonesia memiliki hubungan sejarah yang panjang. Negara-negara tersebut juga menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Presiden Soekarno diundang ke India untuk merayakan deklarasi kemerdekaan India oleh penjajah Inggris. Fatmawati adalah anggota perjalanan ke India sebagai ibu negara. Mereka pergi pada 23 Januari 1950. Dalam kunjungan tersebut, Presiden Sukarno menjalin hubungan erat dengan Presiden India Rajendra Prasad dan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru. Soekarno dan Nehru adalah dua tokoh yang memiliki hubungan yang sangat bersahabat.

Selain India, Pakistan juga paling aktif mendukung dan mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1947, ketika Gubernur Jenderal Ali Jinnah mengumpulkan pasukan untuk mempersiapkan agresi militer pertama (21 Juli hingga 5 Agustus 1947), dia melarang pesawat Belanda terbang dan mendarat di Pakistan. Dukungan dan persahabatan antara kedua negara inilah yang mendorong Soekarno untuk melakukan perjalanan internasional kedua ke Pakistan. Dalam kunjungan Presiden Soekarno ke Myanmar, ia dan Perdana Menteri Myanmar Nunu menandatangani pernyataan bersama, Pemerintah Myanmar mendukung penuh perjuangan Indonesia untuk of memasukkan Irian Barat ke wilayah Indonesia.

Pandangan para pemimpin Asia tentang pembentukan masyarakat baru, kebebasan dan negara-negara baru merdeka menjadi faktor penting dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika 1955 dan Gerakan Non Blok yang menarik perhatian diplomatik internasional di seluruh dunia saat itu. Sebelum Konferensi Asia Afrika, diadakan pertemuan persiapan. Pertemuan persiapan pertama seperti itu adalah pertemuan Kolombo. Konferensi tersebut diadakan di Kolombo, ibu kota Sri Lanka, dari 28 April hingga September. 2 Mei 1954. Lima perdana menteri menghadiri pertemuan tersebut, termasuk Perdana Menteri Pakistan Mohamed Ali Kinna, Perdana Menteri Sri Lanka Sir John Kotwarara, Perdana Menteri Myanmar (Myanmar) Unu, Perdana Menteri Indonesia Ali Stroachomiyo dan Perdana Menteri. Menteri India Jawaharlal Nehru (Jawaharlal Nehru).

Konferensi Kolombo membahas Negara Vietnam dalam persiapan pertemuan Swiss di Jenewa. Konferensi Jenewa diadakan dari tanggal 26 April hingga 20 Juli 1954, untuk mencoba menemukan cara untuk menyatukan Vietnam dan membahas kemungkinan pemulihan perdamaian di Indocina. Selain itu, Konferensi Kolombo dengan suara bulat memutuskan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika, dan pemerintah Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggara. Lima negara yang mewakili Konferensi Kolombo disebut Pancanegara.

Pertemuan pendahuluan kedua, Konferensi Bogor, diadakan di Bogor dari tanggal 22 hingga 29 Desember 1954. Para perdana menteri negara-negara yang berpartisipasi dalam Konferensi Kolombo juga menghadiri konferensi tersebut. Konferensi Bogor menghasilkan, antara lain, Konferensi Asia Afrika yang akan diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955. Hal tersebut menentukan tujuan KAA dan negara-negara yang teridentifikasi diundang untuk berpartisipasi dalam Konferensi Asia Afrika. Diskusi diadakan di luar konferensi untuk memberikan dukungan atas kebutuhan Indonesia akan Irian Barat.

Konferensi Asia Afrika berdampak besar pada persatuan Asia dan Afrika dan perjuangan kemerdekaan nasional. KAA adalah pelopor dalam memajukan persatuan nasional dan titik awal untuk menyadari fakta bahwa semua negara di dunia harus dapat hidup berdampingan secara damai. KAA mendorong seluruh dunia, terutama Asia dan Afrika, untuk memperjuangkan kemerdekaan nasional. Konferensi Asia Afrika selain berdampak pada persatuan negara-negara Asia dan Afrika serta perjuangan kemerdekaan nasional, juga berdampak penting bagi perkembangan seluruh dunia. Negara-negara besar seperti Australia dan Amerika Serikat sudah mulai mencoba menghapus diskriminasi rasial di negaranya masing-masing. Konferensi Asia Afrika juga mampu menjadi penengah antara dua kelompok yang bertikai untuk mengurangi ketegangan akibat Perang Dingin dan mencegah perang terbuka.

Di podium Gedung Merdeka 66 tahun lalu, Soekarno memberikan pidato yang menggelegar, memperingatkan bahaya imperialisme dan kolonialisme yang ditimbulkan bagi negara-negara di seluruh dunia. Dalam pidatonya yang bertajuk "Lahir Asia Baru dan Afrika Baru", Soekarno mempersatukan negara-negara anggota melawan penjajahan dan melahirkan Dasasila Bandung. Di antara isi Dasasila Bandung, kesetaraan, saling menghormati kedaulatan masing-masing negara dan kerja sama antarnegara sangat penting. Dasasila Bandung juga mengandung semangat kemandirian. Negara-negara baru di Asia dan Afrika harus diakui kedaulatannya.

Setelah Konferensi Asia Afrika tahun 1955, perpolitikan dunia mulai berubah. Gerakan Non-Blok mendapati tempat khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia telah memainkan peran sentral dalam pembentukan Gerakan Non Blok sejak awal. Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Bandung pada tahun 1955 menghasilkan Bandung Moral Principles yang menjadi prinsip utama Gerakan Non Blok. Ini membuktikan peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mencanangkan Gerakan Non Blok.

Ada dua hal yang terlibat dalam tujuan Gerakan Non Blok, yaitu tujuan internal dan tujuan eksternal. Tujuan internal Gerakan Non Blok adalah mencari kemajuan dan pembangunan ekonomi, sosial dan politik yang jauh tertinggal dari negara-negara maju. Pada saat yang sama, tujuan gerakan nonblok di luar adalah mencoba meredakan ketegangan antara blok Timur dan blok Barat. Tujuannya untuk mencapai perdamaian dan keamanan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun