Edison Sianturi Kasudin Pendudukan dan Catatan Sipil Jakarta Utara mempunyai terobosan dan gaya tersendiri dalam memberikan akta dan surat-surat kependudukan. Bahkan dirinya melakukan tugas-tugasnya dengan menjunjung azas kemanusiaan dan Ketuhanan. Seperti inspirasi pembelian anak anjing yang ternyata mempunyai surat identitas.
"Saya bersama anak waktu membeli anjing kaget ternyata binatang saja mempunyai surat identitas, masak anak manusia yang lahir di jalan atau yang dibuang orangtuanya tida bisa memiliki. Saya langsung memberi kepada anak-anak yang baru lahir tersebut akta kelahiran,"ujar Edison kepada wisatapesisir.com menyebutkan ada 230 ribu jiwa yang hidup di lahan abu-abu kota Jakarta Utara tak memiliki identitas DKI Jakarta.
Banyaknya tanah kosong dan pemukiman kumuh dengan penghuni yang tidak jelas asal-usulnya justru membuatnya semakin tertantang menertibkan problem kependudukan di wilayah abu-abu tersebut.
Edison sadar betul dengan tantangan itu, karena wilayah yang disebutnya abu-abu di Jakarta Utara, jumlahnya bukan satu tempat. Tapi, juga terdapat di beberapa lokasi seperti, Kampung Beting Kapukmuara, sepanjang rel Pademangan, hingga Taman BMW Tanjungpriok. Kondisi itu membuatnya semakin tertantang untuk dapat membina masyarakat, terutama di bidang administrasi kependudukan.
"Pembinaan terhadap masyarakat akan pentingnya kartu identitas dan surat penting serta penyelesaian identitas pada masyarakat di daerah abu-abu, itu yang terpenting dalam tugas saya," kata Edison .
Diakuinya, hingga saat ini masalah yang ada belum dapat terselesaikan seluruhnya, karena sulitnya status kependudukan pada masyarakat tersebut. Namun, lewat tangan dinginnya, dalam setahun sebanyak 800 ribu orang dari 1,6 juta jiwa atau sekitar 50 persen dari jumlah total penduduk Jakarta Utara telah mendapatkan layanan KTP dan KK berbasis nasional. "Targetnya, pada 2011, seluruh masyarakat di Jakarta Utara telah semuanya terlayani," kata pria yang tinggal di Sunter, Jakarta Utara ini.
Pria yang lahir di Siborong-Borong, Tapanuli Selatan ini juga berhasil menggulirkan 2.100 akta kelahiran. Tak heran, gebrakan yang dilakukan pria bertubuh gemuk ini mendapat apresiasi dari Walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono.
Sebelum menjadi pejabat, ayah dua orang putri kelahiran 17 Juni 1958 ini semasa kecil mengenyam pendidikan Sekolah Rakyat di Butar, Siborong-Borong pada 1968, kemudian SMPN 1 Siborong-Borong, Tapanuli diselesaikannya pada 1973.
Meski hidup sebagai anak dari keluarga berkecukupan, terlebih sang ayah merupakan seorang dokter yang mengepalai sebuah rumah sakit di Tapanuli, ternyata tak membuat Edison malas berjuang untuk menggapai cita-cita hidupnya. Tekad bulat untuk mendapatkan kesuksesan hidup, membuat Edison nekad merantau ke Jakarta pada 1973.
Di SMA Negeri 2 Jakarta, untuk pertama kalinya Edison mengenyam pendidikan tingkat atas di pulau Jawa, dan ia pun berhasil lulus pada 1976. Selepas SMA, dan di tahun yang sama, Edison pun melanjutkan kuliah di Universitas 17 Agustus Jakarta dan lulus dengan gelar Sarjana Administrasi Niaga pada 1986.
"Walau saya lulusnya lama, tapi ada yang saya kerjakan. Saya nyambi bekerja sebagai marketing. Pada 1982 di mana saya masih kuliah, saya sudah bekerja di Pemda DKI Jakarta. Jadi bisa dibilang kuliah saya dulu sambil kerja," kelakar pria penggemar film action ini.
Pengabdiannya di Pemprov (dulu Pemda) DKI Jakarta selama 28 tahun inilah yang akhirnya mendidik dan mengantarkan suami dari Rudiati tersebut menjabat sebagai Kasudin Dukcapil Jakarta Utara. "Waktu yang tidak sebentar mengabdi sebagai pegawai Pemprov DKI itulah, yag menjadikan pelajaran saya dalam melayani masyarakat," katanya.
Pertama kali masuk di Pemprov DKI Jakarta, pada rentang waktu 1982 hingga 1996, dirinya juga sempat menjabat sebagai staf Perencanaan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta, kemudian pada 1997 diangkat menjadi Kasie Pembinaan Dukcapil, tahun 2002 menjabat Kasie Kerjasama dan Pengawasan Mobilitas Orang Asing di Dinas Dukcapil, hingga posisi Kepala Bidang Pengawasan pada 2007 pun pernah dijabatnya.
Kematangan itulah yang membuatnya dilibatkan dalam beberapa kegiatan seminar di beberapa negara tetangga, seperti ke Kuala Lumpur, Malaysia, atau ke Cape Town, Afrika Selatan. Beberapa pengalaman ini sangat menunjang tugas-tugasnya hingga saat ini, terutama saat memberikan layanan administrasi kependudukan kepada masyarakat.
Dari beberapa perjalanan dan pengalaman inilah, akhirnya ayah dari Shinta Rahel Sianturi (18) dan Stenly Nur Hasiholan Sianturi (15) dipercaya memegang jabatan penting di wilayah kota dengan menjadi Pelaksana harian (Plh) Kasudin Dukcapil Jakarta Barat pada 2008, Plh Kasudin Dukcapil Jakarta Timur pada 2009, dan pada awal 2010 hingga saat ini dipercaya menduduki jabatan Kasudin Dukcapil Jakarta Utara.
"Tidak terlintas di benak saya untuk mengepalai sebuah kantor Suku Dinas Dukcapil di Jakarta Utara, apalagi Jakarta Utara cukup problematik masalah kependudukannya dan memerlukan konsentrasi penuh," kata Edison.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI