Mohon tunggu...
Wira Pandawa
Wira Pandawa Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis mengungkap sisi lain mikrokosmos

Hobi itu pekerjaan yang dibayar Menulis Energi yang terpancar gratis dari alam sekitar

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pilpres, Mahasiswa ke Mana?

9 Februari 2019   21:03 Diperbarui: 9 Februari 2019   21:23 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat dinamika pergerakan mahasiswa,berarti kita tengah melihat fase fase bagaimana sejarah sebuah bangsa berjalan,hal ini dikarenakan sebuah gerakan dibangun oleh kaum intelektual ini merupakan gerakan nilai,ekspresinya bisa berbeda,ada gerakan moral,hingga gerakan yang lebih ekstrim berupa tekanan terhadap penguasa.

Jadi merupakan sebuah hal ganjil ,apabila dalam suatu perjalanan bangsa,mahasiswa cenderung apatis,atau seakan tidak perduli,atau bahkan mahasiswa sudah mati dalam berpikir,atau mati dalam berkreatifitas dalam memperjuangkan kaum kaum lemah ,atau bahkan mahasiswa sudah terlalu asyik dengan dunianya sendiri.

PIlpres, Mahasiswa ke Mana?

Tontonan Pemilihan presiden yang ditampilkan dalam Era kini,terlihat tidak berhasil memunculkan tokoh-tokoh muda ,terlihat yang justru kerap muncul ke permukaan,atau forum forum debat intelektual,seperti ILC,seperti Adu argumen debat kandidat pemilihan presiden,cendrung didominasi oleh tokoh kalangan tua,sebut saja yang sedang santer bagaimana ILC menampilkan tokoh seperti DR.Ali Muktar Ngabalin,atau bahkan Rivalnya Rocky Gerung yang khas Filsafatnya itu,ada banyak yang menjadikan Fans,namun lupa diam diam,kita tidak menyadari bahwa forum forum ini minim sekali panggungnya diambil oleh elit intelektual ,yaitu mahasiswa,Pun disamping itu ,tokoh tokoh agama juga terlihat sering kali mendominasi Pangung,sebut saja Habib Rizieq,adapula Said Aqil dari NU,belakangan Wapres sendiri,Lalu tokoh agama seperti Ustad Abdul Somad,AA GYm dan seterusnya.Panggung panggung yang menentukan bagaimana bangsa ini kedepan justru muncul ditengah tengah ini oleh tokoh tua,kalaupun ada kalangan aktifis ,lebih diisi oleh Adyan napitupulu,Budiman Sujatmiko,diseberangnya ada Fahri Hamzah,dst.Sedangkan kalangan muda ,muncul pula Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang muncul lalu bersinar,mengklaim menyuarakan suara milenial,dalam sekejap dengan beragam manuver nya berhasil memunculkan isu isu yang dinilai tabu ketengah tengah masyarakat,sebut saja RUU anti poligami,ataupun gerakan dukung jokowi dan Ahok,lalu penghapuskan perda syariat,hal ini jelas isu isu yang sensitif namun segar sekali ,sehingga tak heran jika Grace Natali,dan Tsamara Amani,serta Raja Juliantoni berhasil menjadi "tokoh" yang muncul dipermukaan.Disatu sisi hal ini menarik akan tetapi disisi lain jelas hal ini cukup berbeda menurut saya,karena memang idealnya justru kaum mahasiswa dengan beragam "mobil" perjuangannya lah yang muncul dan tamppil kepermukaan.Hal yang agak menggelikan justru kerap dipertontonkan,seperti kemarin ada ALiansi Cipayung,sekerat cipayung yang saling berbenturan.Kemudian Kemah bersama Cipayung.ini merupakan menurut saya kegalauan,lalu kalaupun ada pergerakan ,dengan cepat dapat dicounter sebagai gerakan pro terhadap kekuasaan ataupun itu bagian gerbong Oposisi,sebut saja yang terjadi dipekanbaru baru baru ini.

AKibatnya? Muncul Intelektual Klaim kampusnya punya Kandidat

Tidak munculnya para tokoh tokoh elit mahasiswa di kancah pertarungan pilpres baik itu gagasan ataupun tuntutan kepada para kandidat,menurut saya memegang tanggung jawab penting ketika ada gerakan ALumni mendukung 01 atau alumni dukung 02 dikampus kampus terkenal.AzDengan begini sebenarnya pangungg para Presiden Mahasiswa,ataupun tokoh tokoh ketua organ kelembagaan untuk segera memberikan klarifikasi,akan tetapi terjadi sebaliknya,diamnya kaum intelektual yang berhimpun di berbagai "mobil" tadi adalah suatu ironi ,entah kemana organ mahasiswa menyikapi perannya,kalaupun ada terakhir HMI ,Himpunan Mahasiswa Islam,melalui Ketumnya (sebelah ) R Sadam Aljihad justru menyatakan Netral dalam Pilpres,setelah sebelumnya sukses ketika situasi memanas tahun lalu,beliau membawa ketum ketum cabang se Indonesia ke Istana.Sementara Ketum lainnya (mantan sekjen) Arya Kharisma justru hadir bersama Akbar tanjung dalam peringatan milad yang ditaburi logo logo HMI

Idealnya sebagai Iron Stok,Agent Of Change,Agent Control, suasana Pilpres ini justru bisa menjadi Panggung Tersendiri,atau boleh dibilang momentum yang pas bagi para Ketua Ketua Organisasi ,baik itu eksternal kampus seperti cipayung (HMI,GMKI.GMNI,PMII,PMKRI) atau plus IMM,KAMMI,HIMAPERSIS,GEMABUDHI tampil dipermukaan atau organ internal seperti BEM ,yang terhimpun di BEM SI,BEM NAS,BEM NUS

adapun isu isu strategis yang layak dijadikan bahasan,dapat seperti bagaimana Pilpres yang sebenarnya rawan karena ada pertarungan head to head antara penguasa dan oposisi,rawan karena isu yang berseliweran sudah mengarah kepada SARA ,rawan karena kedua kandidat terlihat ketika debat kurang tajam membahas persoalan persoalan rakyat hari ini,Rawan karena Kotak suara dari Kardus,Rawan karena Isu ataupun apakah itu Hoax, TKA CHina berseliweran,Rawan karena hutang, hal ini butuh bagaimana suara dari kaum intelektual,minimal bagaimana klarifikasi analisa,itu akan lebih kuat dalam mengcounter,ketimbang ,sebut saja para mentri yang berbicara,saya yakin suara mahasiswa lebih berbeda nilai dan kadar Trust masyarakat terhadapnya,karena memang nilai tawar dan kekuatan mahasiswa itu sendiri berada pada Idealisme,Independensi nya yang cenderung memiihak pada kebenaran

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun