Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jatuh Ke Bawah, Tepat Ketika Sudah di Atas ?!

8 September 2015   10:59 Diperbarui: 8 September 2015   11:41 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh. Purwalodra

Kalimat judul diatas, terlihat begitu tragis, namun inilah paradok sekaligus sebagai sunatullah kehidupan apapun di dunia ini. Dalam ilmu pemasaran dan produksi, kita mengenai tentang product life cyrcle, atau siklus kehidupan suatu produk, dimana suatu produk yang yang sudah berada pada titik kulminasi maturity (kematangan), maka produk tersebut harus bersiap-siap mengalami decline (penurunan) secara eksponensial atau terus menerus. Karena itu, pada saat suatu produk berada di titik kematangan, maka perusahaan harus mulai melakukan pengembangan produk, dengan menciptakan beberapa keunggulan baru terhadap produk-produk lama tersebut, sehingga perusahaan mampu memiliki produk baru yang berada pada titik Introduction (pengenalan), lantas menuju ke titik Growth (pertumbuhan). Begitulah siklus suatu produk yang harus terus-menerus di perbaiki dan diperbaharui (Continuous Improvement), agar tercipta suatu produk baru yang memiliki daya saing di pasar.     

Jika saja kita lengah, alias lupa, atau apalah-apalah gitu, sehingga kita tau-tau berada di titik Decline (penurunan) yang terus-menerus, tanpa mempersiapkan pengganti  produk lama yang kita miliki, maka tunggulah krisis akan segera datang. Begitu pula dalam bidang kehidupan apapun, teori tentang product life cyrcle ini menjadi rujukan kita semua, agar keberlangsungan hidup kita dan usaha kita tetap memiliki eksistensi.

Hal inilah yang persis dialami Apple Computer pada dekade 1990-an. Seperti dicatat oleh Allworth, ketika Steve Jobs mengambil alih tampuk pimpinan, perusahaan tersebut nyaris mengalami kebangkrutan, tepatnya 90 hari menuju kebangkrutan. Apa yang dilakukan oleh Jobs? Langkah awal yang ia lakukan adalah mengubah fokus perusahaan dari mendapatkan keuntungan finansial menjadi menciptakan produk-produk bermutu.

Langkah Steve Jobs, ternyata memiliki dampak yang cukup luar biasa. Hampir semua divisi perusahaan diminta menghasilkan demo dan prototipe barang yang bermutu. Laporan keuangan yang menunjukan keuntungan dan kerugian ditunda terlebih dahulu. Atmosfir perusahaan, kemudian, berubah total, dari pengejaran keuntungan finansial, menjadi menciptakan produk-produk yang unggul untuk masyarakat.

Steve Jobs melakukan dekonstruksi terhadap seluruh praktek bisnis yang terjadi, mulai dari filosofi perusahaan sampai kepada sistem yang di kembangkannya. Menurut Jobs, tugas bisnis adalah melayani masyarakat dengan memberikannya produk-produk yang bernilai tinggi, dan bermakna untuk mereka. Jika semua organ bisnis perusahaan berfokus pada tujuan ini, maka segalanya akan ditambahkan, termasuk keuntungan finansial, dan, terlebih, keuntungan sosial (social profit) dalam produk-produk bermutu yang mampu mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk semua orang. 


Dari sedikit uraian diatas, ternyata setiap kita dan apapun usaha kita, perlu ada sebuah strategi. Oleh karena, apapun bentuk usahanya manajemen strategi merupakan fondasi dari operasionalisasi usaha, agar perusahaan mampu bertahan hidup. Dulu, orang masih percaya, bahwa soal strategi adalah soal bos. Para bawahan, baik manajer tingkat menengah maupun karyawan bawah, tidak perlu repot memikirkannya. Namun, pandangan itu sekarang sudah berubah. Sama seperti visi dan misi sebuah negara tidak hanya urusan presiden dan para menterinya, begitu pula strategi perusahaan juga bukan hanya urusan pada CEO-nya, tetapi juga seluruh karyawannya.

Pola ini memiliki dasar di dalam pemikiran filsafat posmodernisme. Posmodernisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang bersifat universal dan totaliter sudahlah berakhir, serta digantikan dengan pernyataan-pernyataan dan gaya hidup yang bersifat partikular, lokal, dan demokratis.

Apabila dulu, suara pimpinan perusahaan atau direktur adalah suara Tuhan, maka sekarang pandangan itu tidak lagi berlaku. Banyak suara-suara baru yang muncul dari kalangan manajemen tingkat menengah ataupun karyawan bawahan lainnya, yang memiliki fondasi pemikiran yang logis dan layak diterapkan sebagai strategi suatu perusahaan.

Intinya adalah, bahwa tidak ada lagi satu suara yang menentukan secara otoriter strategi maupun kebijakan perusahaan. Semua kebijakan dan strategi haruslah didasarkan pada proses pertimbangan yang melibatkan semua pihak terkait secara demokratis. Hanya dengan begitulah suatu kebijakan dan strategi perusahaan dapat dirumuskan dan diterapkan secara efektif.

Oleh karena itu, upaya perusahaan untuk tidak jatuh ke bawah, tepat ketika sudah di atas ini, maka perusahan mau-tidak-mau harus menekankan agar seluruh organ dalam perusahaan untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, mulai dari pucuk pimpinan sampai kepada karyawan yang paling rendah posisi struktkuralnya. Inilah pendapat John Baldoni di sebuah artikelnya, bahkan yang diperlukan oleh para pemimpin bisnis sekarang ini adalah kemampuan untuk mendekati suatu masalah dengan sudut pandang multikultural, dimana seorang pemimpin bisnis harus memahami filsafat, sejarah, budaya, dan bahkan sastra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun