Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Indonesia Raja, Program Film Pendek yang Menggugah Rasa Cinta Pada Negeri

2 Juli 2015   23:24 Diperbarui: 3 Juli 2015   09:52 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamis 2 Juli 2015, saya diundang oleh Minikino, sebuah organisasi yang berfokus pada film pendek untuk menghadiri press conference yang mereka adakan di Mangsi Coffee, Denpasar. Selain dalam kapasitas saya yang sekarang, saya sendiri dulunya adalah salah seorang volunteer di Minikino.

[caption caption="Fransiska Prihadi dalam Pemaparan Indonesia Raja"][/caption]

Dulu ketika saya masih bergabung di Minikino, kami sudah terlebih dahulu sukses dengan S-Express, sebuah ajang pertukaran film antar negara Asean plus Cina. Mengikuti jejak kesuksesan S-Express, kali ini Minikino meluncurkan program baru mulai tahun ini.

Program itu bernama Indonesia Raja. Sebuah kolaborasi pertukaran film pendek antara para sineas yang ada di berbagai kota di Indonesia. Terinspirasi dari semangat kebangsaan yang terkandung dalam lagu kebangsaan Indonesia yang dalam ejaan lamanya tertulis INDONESIA RAJA.

Menurut Fransiska Prihadi, programmer acara ini yang akrab dipanggil Cika. Film pendek adalah satu genre dari sekian genre film yang ada. Film pendek adalah film yang berdurasi pendek. Tapi bukan berarti film panjang yang dipendekkan. Ibarat cerita, perbedaan antara film pendek dan film panjang adalah seperti perbedaan antara cerpen dan Novel.

Kategori film yang disebut pendek ini sendiri bermacam-macam. Minikino menetapkan standar maksimal durasi 35 menit. Tapi khusus untuk Indonesia Raja, maksimal durasi adalah 20 menit.

Melalui acara pertukaran film ini, para sineas dari berbagai kota di Indonesia bisa saling berbagi karya. Karya orang Medan bisa ditonton di Jakarta, Bali, Yogyakarta sampai Kupang. Dengan pertukaran film seperti ini, para penonton yang disuguhi hasil karya dari para sineas di berbagai daerah di Indonesia ini jadi mengetahui bagaimana kehidupan, dan harapan apa serta apa yang menjadi impian para penduduk Indonesia di wilayah lain yang selama ini mungkin kurang banyak terekspose. Karena acara televisi dan juga film-film mainstream, lebih banyak bercerita tentang Jawa dan secara khusus Jakarta.

[caption caption="Bersama salah seorang sutradara"]

[/caption]

Dengan pemutaran film ini, diharapkan masyarakat jadi lebih mengenal Indonesia, jadi lebih merasa dekat dengan Indonesia dan merasa lebih cinta pada negeri ini.
Dari semua trailer yang ditampilkan, terlihat jelas bagaimana film-film yang terpilih masuk ke dalam program ini menampilkan tema-tema yang begitu kental dengan nuansa lokal. Film dari Jawa misalnya banyak menampilkan dialog dalam bahasa Jawa yang diberi sub title, demikian pula yang dari Bali. Jadi tidak seperti sinetron-sinetron yang melulu berisi aksen kelas menengah atas Jakarta.

Made Birus Suarbawa, Kurator film Indonesia Raja untuk wilayah Denpasar mengakui kalau pertimbangan utamanya untuk menentukan film-film yang lolos seleksi adalah nuansa lokalitas Bali yang ada di film.

Ada 7 kota yang terlibat dalam pertukaran film tahun ini. Kota-kota tersebut adalah Medan, Jakarta, Purbalingga, Semarang, Yogyakarta, Semarang dan Denpasar. Tapi selain di ketujuh kota tersebut, film-film ini juga akan diputar di Kupang.

Memang mayoritas dari kota penyelenggara ini ada di Jawa. Hanya ada satu kota di Sumatra, yaitu Medan.

Tapi dari perbincangan saya dengan Edo Wulia, salah seorang Volunteer di Minikino. Tahun ini ada satu tempat lagi di Sumatra yaitu Gayo akan menjadi tempat pemutaran program Indonesia Raja sepanjang tahun ini, mulai dari Juli sampai desember.

Tahun ini, Gayo hanya menjadi tempat pemutaran. Tahun depan diharapkan Gayo bisa berpartisipasi dalam pertukaran film ini bersama 7 kota yang sudah berpartisipasi tahun ini.

Saya pribadi mengharapkan dengan terbukanya peluang ini, nanti karya-karya sineas Gayo akan dikenal secara nasional dan juga internasional.

Kalau ini benar-benar dimanfaatkan oleh para sineas Gayo, ini akan membuat budaya, alam dan juga bahasa Gayo menjadi lebih dikenal secara nasional dan juga internasional. Dan lebih daripada itu, para sineas Gayo juga akan mendapat jaringan yang lebih luas. Jaringan yang akan bisa dimanfaatkan untuk saling bertukar informasi dan meningkatkan kapasitas diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun