Mohon tunggu...
Winny Gunarti
Winny Gunarti Mohon Tunggu... Dosen - Penulis, Peneliti, Pengajar di Universitas Indraprasta (UNINDRA) PGRI, Jakarta

E-mail: winny.gunartiww@unindra.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Enigma 2019: Menebak Arah Suara "Undecided Voters"

29 Desember 2018   12:56 Diperbarui: 29 Desember 2018   13:22 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: https://www.goodfreephotos.com

Secara visual, masyarakat dikepung oleh berbagai ekspresi kecemasan, kemarahan,  kecemburuan sosial, kekuasaan, dan hasrat-hasrat ambisi yang belum tersalurkan. Media sosial menjadi ajang simulasi untuk menghadirkan sesuatu yang sering kali "tidak benar-benar nyata", yang pada akhirnya memaksa manusia untuk kembali kepada hakikatnya sebagai makhluk sosial, yaitu merindukan adanya kedamaian, ketentraman hidup, integritas, etika, dan kebajikan-kebajikan yang membawa kesejahteraan pada semua anak bangsa.

Jadi, bagaimana menebak arah suara para "Undecided Voters" ini  di tahun 2019? Perlukah mereka terus ditanya dan dipaksa untuk segera membuat keputusan?   Barangkali, biarkanlah mereka menjadi bagian dari "enigma" terlebih dulu.

Enigma didefinisikan sebagai sebuah teka-teki yang mungkin menimbulkan rasa penasaran. Namun dalam prosesnya, ketidakjelasan terhadap suatu hal dapat menahan diri untuk tidak buru-buru bertindak. Ia mendorong rasa perdamaian sejenak. Enigma mengajak kita menanamkan kesadaran untuk tidak memaksakan kehendak. Enigma mampu menggelitik dan mengkritisi pikiran-pikiran yang tadinya "dianggap paling benar". 

Enigma juga membuka peluang untuk menggali informasi lebih jauh agar setiap keputusan yang dibuat dapat sejalan dengan hati nurani.  Sastrawan Goenawan Muhamad (2011) bahkan menuliskan enigma tidak selamanya diartikan sebagai sebuah teka-teki. Dalam karya puisi, enigma bisa saja menjadi sebuah kebenaran.

Akan tetapi, enigma dalam hidup memang bukanlah sekadar puisi. Untuk memperjuangkan "kebenaran dan kebaikan" sekaligus, pilihan manusia akan selalu diuji dengan segala hiruk pikuk persoalan dunia. Filosof Asif Iqbal Khan (2002) menganggap kekompleksan persoalan budaya manusia akan selalu bersinggungan dengan nilai-nilai agama, sehingga referensi agama jugalah yang biasanya menginspirasi untuk memberikan solusinya. 

Menyikapi serbuan aneka informasi melalui perangkat teknologi informasi, sebaiknya setiap orang harus terus waspada, dan pandai-pandai menyaring berita. Dan yang terpenting pula, sebagai para pemilih yang potensial, para Undecided Voters ini dapat terus melangkah dengan hati nurani, karena kedua hal itulah yang dapat membawa negeri ini menjadi lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun