Mohon tunggu...
Winny Gunarti
Winny Gunarti Mohon Tunggu... Dosen - Penulis, Peneliti, Pengajar di Universitas Indraprasta (UNINDRA) PGRI, Jakarta

E-mail: winny.gunartiww@unindra.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

DKV Unindra, Menjawab Tantangan Desain

26 Maret 2018   07:30 Diperbarui: 26 Maret 2018   09:35 6607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: DKV Unindra

Zaman terus berubah. Di era digital, pilihan-pilihan masa depan ikut berubah. Profesi apa yang kini banyak diminati? Jangan heran, jika jurusan yang paling diincar lulusan SMA dan  calon mahasiswa jaman now adalah jurusan DKV alias Desain Komunikasi Visual.

Budaya visual memang telah menguasai kehidupan manusia . Ini sejalan dengan pemikiran desainer WH Mayall tentang desain dalam kacamata industri, bahwa desain adalah proses perubahan, kehadirannya tidak hanya untuk memenuhi perubahan, tetapi juga untuk membawa perubahan pada keadaan. Dengan kata lain, pergerakan dalam kreativitas desain, khususnya DKV yang  sedang naik daun, telah menjadi  sebuah tantangan baru untuk memenuhi kebutuhan manusia posmodern.

Di masa kini, karya-karya DKV semakin mengokohkan fungsi dan pengaruhnya di berbagai bidang. Dalam hitungan detik, penciptaan tanda visual dengan aneka maknanya diproduksi dan diviralkan melalui media sosial. Di bidang industri kreatif, produksi film animasi dan game semakin berlomba untuk bisa menguasai pasar global. Motion graphic, motion comic, infografis, buku ilustrasi, buku cerita bergambar, branding,  hanyalah bagian dari banyak karya DKV yang bisa dikreasikan.

Inti sederhana  dari  dunia DKV adalah:  ketika sebuah karya desain mampu membuat penciptanya sekaligus penggunanya  melintasi batas ruang dan waktu, maka di sanalah tempat ilmu DKV berada. 

Dari sekian banyak universitas yang menawarkan jurusan Desain Komunikasi Visual, maka prodi DKV di Universitas Indraprasta (Unindra) PGRI termasuk yang paling diburu. Dari tahun ke tahun peminatnya terus meningkat.  Setiap semester gasal, ada sekitar  700-an mahasiswa baru yang lolos penerimaan. Terkadang, yang mendaftar lebih dari seribu orang. Akibatnya, seleksi untuk bisa masuk DKV Unindra semakin ketat.

Tingginya minat generasi muda terhadap DKV Unindra bukan saja menggembirakan, tetapi  juga menjadi tantangan. "Tanggung jawab prodi DKV jelas  semakin berat," ujar Santi Sidhartani, Ketua Prodi saat ini.  Terlebih  tahun ini, DKV Unindra telah memperoleh Akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN  PT). Sebuah pencapaian tertinggi untuk ukuran mutu pendidikan di universitas. Kesuksesan ini  tentu tidak terlepas dari kerja keras semua pihak, dan adanya "rasa memiliki" untuk bersama-sama membesarkan DKV Unindra.

Sejak prodi DKV mulai dibuka tahun 2004 -- dulu diketuai oleh  Dendi Pratama selama dua periode -- DKV Unindra telah mulai membuat pemetaan untuk para lulusannya agar mampu bersaing dengan prodi serupa yang lebih dulu ada dari universitas lain.  Salah satu kekhasan DKV Unindra adalah konsisten mengedepankan  tema-tema budaya Indonesia di dalam Tugas Akhir mahasiswanya.  

Tidak heran jika proyek Tugas Akhir mahasiswa  banyak melahirkan film animasi tentang tokoh-tokoh wayang,  buku cerita rakyat, cergam sejarah, ilustrasi aksara nusantara, film dokumenter tentang  tradisi, kampung adat, kerajinan, serta  mengangkat persoalan-persoalan sosial budaya untuk dicarikan solusinya melalui desain.  

"Ini tantangan kami untuk ikut  melestarikan budaya Indonesia," kata Dendi Pratama yang kini menjabat Wakil Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

Keunggulan ini diakui oleh calon sarjana Rakhmat Riyandi, karyawan metrotvnews.com, yang sedang mengerjakan proyek Tugas Akhir. "Orang sering tanya, kok saya tidak cari kampus yang dekat kantor saja. Kantor saya di Kebun Jeruk, Unindra adanya di Tanjung Barat, jarak tempuh lumayan jauh dan macet, tapi saya lebih senang  kuliah di DKV Unindra, karena di kampus ini sangat terasa budaya Indonesianya. Berbeda dengan kampus lain yang kebanyakan lebih mengangkat desain ke arah komersial seperti branding perusahaan ternama. Buat saya hal itu terlalu umum. Dengan menggali topik budaya, otomatis saya jadi semakin mengenal budaya Indonesia".

Selain itu, biaya kuliah di Unindra juga sangat terjangkau. "Tapi, walau biaya terjangkau, materi pengajaran yang diberikan dosen-dosennya tidak kalah dengan kampus lain yang lebih mahal. Kualitas lulusan DKV Unindra juga tidak kalah bersaing dengan kampus lain yang lebih terkenal.  Saya suka ikut menseleksi para pelamar kerja di kantor. Dari pengalaman saya, desainer lulusan DKV Unindra lebih berwarna dan komunikatif, skill mereka bisa disetarakan dengan profesional yang sudah berpengalaman," kata Rakhmat Riyandi lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun