Mohon tunggu...
Windi Wilanda
Windi Wilanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tangan Makna

Aku hanya pemimpi, yang ingin memberi manfaat bagi alam dan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Mubahalah

5 Agustus 2021   06:47 Diperbarui: 5 Agustus 2021   06:50 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Beberapa waktu ke belakang kita sering diperdengarkan dengan istilah Mubahalah. Namun, tahukah apa arti dari Mubahalah itu? Mengapa ada Mubahalah? Dan kepada siapa tepatnya Mubahalah diajukan?
Secara bahasa, Mubahalah adalah kata bahasa Arab yang berarti saling mengutuk. 

Asal katanya dari Bahlah atau Buhlah yang bermakna kutukan atau laknat. Secara Istilah, Mubahalah setara dengan kata Li’an, yaitu memohon kutukan kepada Allah swt agar ditimpakan kepada pihak yang berdusta sebagai bukti kedustaannya.


Berdasar pendapat paling masyhur, Mubahalah pertama dalam Islam terjadi pada 24 Dzulhijjah tahun ke 10 H. Yaitu dengan turunnya ayat Mubahalah, surah Ali Imran ayat 61.

فَمَنْ حَاجَّكَ فيهِ مِنْ بَعْدِ ما جاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعالَوْا نَدْعُ أَبْناءَنا وَ أَبْناءَكُمْ وَ نِساءَنا وَ نِساءَكُمْ وَ أَنْفُسَنا وَ أَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَتَ اللهِ عَلَى الْكاذِبينَ

Barang siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya), “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anakmu, istri-istri kami dan istri-istrimu, diri kami dan dirimu; kemudian marilah kita ber-mubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”


Peristiwa Mubahalah dilatarbelakangi oleh peristiwa surat-menyurat para pemimpin pemerintahan dengan pusat-pusat keagamaan. Pada kesempatan itu, Nabi Muhammad Saw menyurati Uskup Najran terkait kebenaran yang dibawanya dan berharap penduduk Najran agar memeluk Islam. 

Namun penduduk Nasrani Najran mengirim 10 pembesar kaum mereka untuk mendatangi Nabi Saw di Madinah dan beradu argumen mengenai kebenaran yang diyakini masing-masing. Yang pada akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri permasalahan dengan cara Mubahalah di esok harinya.

Pada hari bermubahalah, Nabi Saw datang bersama Ali bin Abi Thalib, Fathimah, Hasan dan Husain (as). Abu Haritsah, salah seorang pembesar Nasrani bertanya, “Siapa mereka yang bersama Muhammad?” Dijawab, “Yang di depan itu anak paman dan suami putrinya serta orang yang paling dicintai olehnya. 

Dua anak itu adalah putra-putranya dari putrinya. Dan wanita itu adalah Fathimah, putrinya yang paling dia cintai.”


Pada saat akan bermubahalah, Nabi Saw duduk di atas dua tumitnya. Abu Haritsah berkata, “Demi Allah, dia duduk sebagaimana para Nabi duduk untuk bermubahalah.” Dia kemudian berkata, “Aku melihat wajah-wajah yang jika memohon kepada Tuhan untuk mengangkat sebuah gunung dari tempatnya, maka gunung tersebut akan terangkat. 

Oleh karena itu, janganlah bermubahalah. Jika bermubahalah maka kau akan hancur dan tidak ada seorang Nasrani pun yang akan tersisa di dunia ini.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun