Mohon tunggu...
Windha Tunggara
Windha Tunggara Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Madrasah

Pengajar di MAN 4 Sukabumi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berguru dari Suara Laut

16 September 2022   09:46 Diperbarui: 16 September 2022   09:54 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Odang Suherman, Si Peci Hitam itu, Si Putra Laut itu, rupanya benar-benar sosok yang berani: berani bermimpi, berani mewujudkan mimpi, dan berani menanggung risiko dari mimpi-mimpi itu. Dengan kepercayaan diri yang tinggi ia membawa MAN Jampangtengah melakukan hal-hal yang belum menjadi trend di madrasah-madrasah lainnnya. Di bawah ini merupakan bukti-bukti dari keberanian itu.

  • Membuka program boarding school untuk siswa yang diterima di asrama.
  • Membuka program bahasa  tahun 2007, sedangkan di sekolah-sekolah umum sekalipun, jarang sekali sekolah yang berani membuka program tersebut. Dengan dibukanya program ini, MAN Jampangtengah memiliki empat program: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Keagamaan, dan Bahasa.
  • Membangun sarana dan fasilitas pengaliran air bersih yang dialirkan dari sumber air yang jaraknya sekitar setengah kilometer dari lokasi madrasah. Ini bukan pekerjaan mudah. Program ini berhasil mencukupi kebutuhan akan air bersih untuk warga madrasah dengan memanfaatkan teknologi sederhana bersama salah seorang guru Drs. Ecep Harun.
  • Melaksanakan konsep sekolah hijau (Green School) sebagai wujud kecintaan dan kepedulian akan kelestarian lingkungan. Sampai saat ini, predikat sekolah hijau ini masih tetap dipertahankan dan terus dikembangkan.
  • Membangun jaringan internet tanpa kabel/hotspot area. Program ini menggiring MAN Jampangtengah untuk semakin melek teknologi. Meskipun berada jauh di luar kota, tetapi tak boleh ketinggalan dengan orang kota.
  • Membentuk kelompok marching band pada tahun 2006. Pada masa itu, khususnya di Kabupaten Sukabumi, belum banyak sekolah/madrasah yang memilikinya.
  • Mengembangkan kreativitas siswa sesuai bakat dan minat siswa dalam kegiatan intra dan ekstrakurikuler sehingga mampu menorehkan prestasi di tingkat lokal maupun nasional.

No sweet without sweat, tidak ada manis tanpa keringat! Ungkapan itu rupanya disadari betul oleh Odang dalam perlajanan kepemimpinannya. Oleh karena itu, meskipun banyak kendala dan kesulitan yang dihadapi dalam membangun MAN Jampangtengah—terutama pada masa-masa awal ketika ia harus menyamakan persepsi semua warga madrasah—ia tak pernah mengendurkan perjuangannya. Ia menyadari, dibalik kerja keras itu ada hasil yang menggembirakan, seperti di balik gelombang lautan terbentang harapan kehidupan, dan hanya orang-orang yang memiliki keberanian menembus gelombang yang akan mengetahui hal-hal manis apa saja yang disediakan disana. Dan sepertinya tak perlu menunggu lama, berkat kerja keras, kerja cerdas, dan kerja sama yang apik, warga MAN Jampangtengah segera menuai hasilnya.

Pada 2008, MAN Jampangtengah menorehkan prestasi yang tak diduga, yaitu menjadi madrasah berprestasi tingkat Kabupaten Sukabumi. Selanjutnya, mewakili kabupaten dalam penilaian madrasah berprestasi tingkat provinsi. Di sana MAN Jampangtengah dinyatakan sebagai Juara II Madrasah Berprestasi se-Jawa Barat. Bagi sebuah madrasah kampung, madrasah yang jauh dari pusat kota, madrasah yang semula tak banyak diminati, prestasi ini menjadi semacam kejadian luar biasa (KLB) yang kemudian melambungkan namanya.

Kini Odang Suherman bukan lagi Kepala Madrasah Aliyah Negeri Jampangtengah. Sejak 2008, ia telah dinyatakan purnabhakti setelah menyelesaikan seluruh kewajibannya sebagai Pegawai Negeri Sipil Departemen Agama. Setelah istri tercintanya yang urang Bandung meninggal, lelaki yang pernah menjadi Kepala Madrasah Teladan Tingkat provinsi Jawa Barat tahun 1998 itu kembali ke kampung halamannya di Cisolok dan berniat melewati hari tuanya di sana, di tanah yang telah membentuk karakternya. Namun demikian, kecintaan terhadap MAN Jampangtengah, juga madrasah-madrasah lain yang pernah dipimpinnya tetap tak berubah. Silaturahmi tak pernah terputus, terjaga mungkin selamanya.  

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Lalu bagaimana MAN Jampangtengah? Sepeninggal Odang, madrasah ini terus berbenah diri dan kian percaya diri. Apa yang telah digariskan dan dicontohkan oleh Sang Legenda telah terinternalisasi sebagai nilai-nilai luhur yang menjadi pegangan seluruh komponen madrasah. Bahkan, kepala-kepala madrasah sesudahnya berusaha menempatkan prestasi yang dicapai di masa Si Peci Hitam sebagai standar minimal kemajuan. Kini, MAN Jampangtengah menjadi pusat pendidikan dan kebudayaan serta pusat kegiatan keagamaan yang dipercaya oleh masyarakat. Jumlah siswanya berkembang secara signifikan, dan sekolah-sekolah lain, madrasah-madrasah lain yang umurnya jauh lebih tua, banyak yang datang untuk melakukan studi banding kesana.

Mengakhiri tulisan ini, tak berlebihan rasanya jika saya mengutip sebuah pepatah: “if your action, inspire the others to think more, dream more, do more, and become more, you are a leader”. Jika apa yang Anda lakukan menginspirasi orang lain untuk berpikir lebih, bermimpi lebih, berbuat lebih, dan menjadi lebih (baik), Anda adalah seorang pemimpin. Dan bagi saya sendiri, juga bagi warga MAN Jampangtengah, Drs. H. Odang Suherman, M.M., adalah seorang pemimpin yang sulit tergantikan. Haturnuhun, Pak Odang!

*) Tulisan ini merupakan tulisan lama, pernah dilombakan dalam LPKIM oleh penulis. Sekarang MAN Jampangtengah telah berganti nama menjadi MAN 4 Sukabumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun