Al-Qur'an menganjurkan untuk memikirkan dan memahami penciptaan alam semesta. Memahami alam semesta tentunya dilakukan dengan memahami bahasa alam semesta itu sendiri, yaitu matematika. Selain itu, Al-Qur‟an juga menyebut ide-ide dan konsep matematika, misalnya bilangan, relasi bilangan, operasi bilangan, estimasi, persamaan dan pertaksamaan, statistik, dan mukjizat bilangan. Hal ini tentu menuntut pemahaman dan penguasaan matematika. Jadi, matematika bagi umat Islam diperlukan untuk memahami alam semesta dan memahami Al-Qur'an.
Secara bahasa (lughawi), kata "matematika" berasal dari bahasa Yunani yaitu "mathema" atau mungkin juga "mathematikos" yang artinya hal-hal yang dipelajari. Sedangkan orang arab menyebut matematika dengan 'ilmu al hisab', artinya ilmu berhitung.
Dalam kehidupan sehari-hari masa kini, hampir tidak ada bisang yang tidak menggunakan matematika. Bahkan dalam praktik keagamaan, umat Islam sudah dikenalkan san dituntut untuk memahami Matematika. Dalam ibadah shalat, umat Islam sudah dikenalkan dengan konsep bilangan misalnya, 5 shalat wajib, 17 rakaat, diulang 3 kali, dan shalat jemaah 27 kali lebih baik dari shalat sendiri. Untuk mempelajari dan mengamalkan faraidh, umat Islam harus memahami konsep bilangan pecahan dan operasinya. Al Qur'an sebagai pedoman hidup umat Islam mengenalkan konsep bilangan melalui nomor surat dan jumlah ayat, dan melalui kandungan isinya. Namun, fakta yang sangat memprihatinkan adalah masih ada umat Islam yang tidak mau mempelajari matematika bahkan ada yang mengklaim matemayika sebagai ilmu kafir.
Allah Menciptakan Matematika sebagai Bahasa Alam Semesta
Cobalah perhatikan tata surya. Perhatikan bentuk matahari, bumi, bulan, serta planet-planet yang lain. Semuanya berbentuk bola. Perhatikan bentuk lintasan bumi saat mengelilingi matahari, demikian juga lintasan-lintasan planet lain saat mengelilingi matahari. Lintasannya berbentuk elip. Lihatlah keteraturan garis edar dan periode evolusinya. Berdasarkan fakta ini, tidaklah salah jika kemudian pada sekitar tahun 1200 Masehi, Galilio Galilie mengatakan “Mathematics is the language with wich God created the universe”. Melalui penelitian dan penelaahan yang mendalam terhadap fenomena alam semesta, ilmuwan pencetus Teori Big Bang, yaitu Stephen Hawking akhirnya mengikuti ungkapan Galilio dengan mengatakan “Tuhanlah yang menciptakan alam dengan bahasa itu (Matematika)”.
Al-Qur’an Berbicara Matematika
Al-Qur'an sendiri yang merupakan kalam Allah juga berbicara matematika. Al-Qur'an berbicara mengenai geometri dan pengukuran, yakni mengenai ukuran waktu, panjang, luas, massa, dan kecepatan. Al-Qur‟an juga berbicara mengenai statistika, yakni mengenai pengumpulan data, pengolahan data, dan penarikan kesimpulan. Amal semua manusia dicatat dan dikumpulkan dalam data base yang supercanggih yaitu lauh mahfudz, lalu diolah melalui neraca timbangan yang disebut mizan, dan kemudian disimpulkan apakah masuk surga atau neraka.
Nabi Muhammad Pintar Matematika
Salah satu fakta kecil yang tertulis bahwa nabi dapat berhitung adalah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, artinya
“Shalat yang paling dicintai Allah adalah shalat nabi Daud. Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa nabi Daud. Dia tidur setengah malam dan bangun shalat sepertiga malam, kemudian tidur pada seperenam malamnya. Dia puasa sehari dan tidak puasa sehari."
Uraian singkat ini sebenarnya ingin mengajak seluruh umat Islam untuk menyadari pentingnya matematika dalam kehidupan, baik dalam rangka mengamalkan urusan agama maupun urusan dunia. Matematika sangat dekat dengan kehidupan umat Islam, sehingga umat Islam perlu untuk memahami dan menguasai matematika untuk memantapkan pengabdiannya sebagai hamba di hadapan Allah.