Mohon tunggu...
Winda Silvianingrum
Winda Silvianingrum Mohon Tunggu... Dokter - Pelajar di SMAN 1 PADALARANG

Hai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

12 Maret 2021   18:23 Diperbarui: 12 Maret 2021   18:27 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, struktur sosial masih sangat dipengaruhi oleh sistem adat istiadat, umumnya adat istiadat yang dijadikan patokan bukan sebagai tembok sosial yang membatasi relasi antar kelompok masyarakat, melainkan untuk menjaga nilai-nilai dalam masyarakat adat. Aturan-aturan adat yang sangat ketat umumnya berlaku dalam hal pernikahan, karena menyangkut silsilah keturunan yang akan mempengaruhi struktur sosial masyarakat. 

Berbeda dalam kasus Zainuddin, adat justru digunakan sebagai alat untuk meneguhkan paradigma materialistik, dimana stratifikasi sosial dipandang melalui kacamata harta dan kebangsawanan, bukanlagi pada hal yang lebih subtansi, yakni pada keteguhan, visi hidup, sikap beragama dan moralitas. 

Bagaimanapun tak ada adat istiadat yang bertujuan merendahkan martabat kemanusiaan, oleh sebabnya dlia dibuat sebagai sebuah tatanan nilai yang akan menciptakan sikap saling menghargai, melindungi, dan memanusiakan. Seringkali adat berusaha dibenturkan dengan keyakinan agama, padahal keduanya bisa berjalan harmonis jika kita melihatnya sebagai sebuah suprastuktur sosial yang akan menjadi sumber spirit, moralitas serta laku hidup dalam sebuah tatanan masyarakat.

Novel ini mengisahkan tentang dua orang yang saling mencintai dengan penuh rasa tulus dan ikhlas. Dibalik kisah kasih cinta mereka, ada latar belakang mengenai peraturan adat yang sangat tegak yaitu Adat Minang. Adat Minang itu menganggap bahwa warisan dapat membuat orang berselisih.

Adapun hal lain yang dapat diunggulkan dari novel ini adalah kemampuan Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Buya Hamka untuk melukiskan suasana yang dapat begitu fasih digambarkan sehingga seakan-akan mengajak pembaca untuk menikmati suasana di Negeri Minang tersebut dengan karyanya.

Alur cerita juga dirangkai dengan begitu baik, menggunakan alur campuran yang dapat pembaca lihat dan rasakan dulunya seperti apa dan bagaimana. Konflik yang dibangun juga membuat novel ini layak menjadi novel kebangkitan bagi sastra budaya.

Para pembaca yang merasakan hal ini pasti bertanya-tanya, apakah beberapa pemeran dalam novel ini tidak dijelaskan secara jelas dari karakter yang diperani, kemana beberapa tokoh lain yang masih terlihat dikeadaansebelumnya dan dengan penggunaan bahasa yang digunakan sangat kental dari budaya nya tersebut.Meskipun tidak begitu jelas dari karakter hingga bahasa yang digunakan, tetapi akan lebih baik jika karakter tokoh dapat dimunculkan dengan jelas dan jangan sampai tokoh lain dihilangkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun