Mohon tunggu...
Sufriana Winda Pasaribu
Sufriana Winda Pasaribu Mohon Tunggu... Guru - Teacher

I am a teacher who wants to share my writing text

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pemberian Reward bagi Siswa Apakah Tepat atau Tidak?

5 September 2022   08:44 Diperbarui: 5 September 2022   08:53 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belajar merupakan proses perubahan perilaku, cara berpikir dari pengalaman dalam kurun waktu yang lama. Dalam pembelajaran guru sebagai pendidik sering kali menerapkan pemberian reward dengan tujuan agar siswa dapat termotivasi dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Tentu hal ini menarik perhatian siswa, dimana siswa berlomba-lomba untuk berusaha menjadi yang terbaik dan mendapatkan reward.

Salah satu penerapan pemberian reward ini adalah dengan memberikan paraf nilai saat mengerjakan latihan soal di kelas. Ketika siswa kurang bersemangat dalam pelajaran, saya memicu siswa dengan memberikan paraf nilai tersebut. 

Hal ini membuat siswa berusaha untuk memahami penjelasan materi sehingga dapat mengerjakan latihan soal dan akhirnya memperoleh paraf nilai, sehingga secara tidak langsung membentuk kebiasaan baru bagi siswa dengan berlomba-lomba untuk mengerjakan latihan soal dengan cepat dan tepat serta memperoleh paraf.

Akan tetapi ketika saya tidak memberikan paraf nilai, lama kelamaan siswa mengerjakan latihan soal dengan lambat dan kurang antusias dikarenakan tidak akan memperoleh reward berupa paraf nilai tersebut. Hal ini menjadi pertanyaan apakah penerapan reward tepat untuk diberikan atau tidak?

Pemberian reward bagi siswa merupakan salah satu aplikasi teori belajar yaitu teori behaviorisme. Dalam proses belajar mengajar seorang guru akan menggunakan berbagai macam teori belajar seperti behaviorisme, kognitivisme, humanisme, constructivisme, atau connectivisme. 

Teori behaviorime digagas oleh beberapa tokoh yaitu Ivan Pavlov dengan teori "Classical conditioning", Edward L. Thorndike dengan teori "Instrumental conditioning", John B. Watson dengan teori "Emotional conditioning", dan Burehus Frederic dengan teori "Operant conditioning."

Teori Edward L. Thorndike sangat menjelaskan bagaimana reward dan punisment dapat mempengaruhi kebiasaan manusia, yaitu adanya hukum efek. Hukum ini menjelaskan pada kuat atau lemahnya hubungan antara stimulus dan respon tergantung akibat yang ditimbulkan. 

Apabila respon yang diberikan mendatangkan kesenangan, maka respon tersebut dipertahankan atau diulang, sebaliknya apabila respon yang diberikan tidak menyenangkan, maka respons tersebut dihentikan dan tidak diulang lagi.

Berdasarkan teori tersebut, dapat diamati ketika siswa ingin mendapatkan paraf nilai yang tentu hal menyenangkan baginya maka siswa akan terus menerus berusaha mengerjakan latihan soal tersebut. Akan tetapi ketika siswa tidak mendapatkan paraf nilai yang tentu tidak menyenangkan baginya maka lama kelamaan siswa tersebut tidak berusaha untuk mengerjakan latihan soal tersebut. 

Oleh karena itu, pemberian reward dapat menjadi stimulus untuk membentuk kebiasaan baru siswa dan dapat disertai dengan penguatan motivasi belajar serta alasan mengapa mereka harus melakukannya sehingga respon yang diberikan siswa dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. 

Saya menyimpulkan bahwa salah satu teori belajar yaitu behaviorisme dapat menolong setiap guru sebagai pendidik untuk mengenal kebiasaan siswa dalam belajar yang dipengaruhi oleh stimulus yang diberikan oleh guru dan respon yang dihasilkan oleh siswa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun