Mohon tunggu...
Anicetus Windarto
Anicetus Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Menjadi jujur dalam segala

Peneliti di Litbang Realino, Sanata Dharma, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi sebagai Panggung Sinetron

11 September 2021   13:04 Diperbarui: 11 September 2021   13:06 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuasa seperti ini serupa dengan para netizen yang dapat berkomentar apa saja di laman media sosial, seperti Twitter, tanpa dapat dikenali identitasnya alias anonim.

Ketiga, sinetron yang dapat membuat para penontonnya menjadi penasaran dan selalu berharap akan akhir yang sesuai dengan yang telah dibayangkan, sesungguhnya hanyalah sebuah simulakra sebagaimana dikaji dan dirumuskan oleh Jean Baudrillard. 

Itu artinya, apa yang ditayangkan dalam tontonan yang tanpa ending itu merupakan hiburan untuk menopengi realitas yang sesungguhnya. Sedangkan realitasnya, di satu sisi, sinetron hanyalah salah satu dari komoditi media massa modern untuk meraih pendapatan, namun di lain sisi, selalu dihadirkan sebagai tontonan yang seakan-akan memberi hiburan, bahkan tuntunan dan tuntutan. 

Seperti sinetron yang sedang naik daun, meski di tengah pandemi, dengan judul "Ikatan Cinta", telah menghasilkan banyak keuntungan yang berlipat ganda. Dari sisi pendapatan iklan yang ditayangkan selama sinetron itu saja, sudah dapat dihitung berapa penghasilan yang diperoleh jika dalam satu episode tercatat ada ratusan jenis iklan. 

Di sinilah letak simulakra itu dimainkan dengan cara menyajikan tontonan yang mudah membuat para penontonnya terbuai bujuk rayu dan lupa bahwa apa yang ditontonnya itu telah mengundang banyak pihak untuk bersaing mempromosikan komoditinya. 

Dari para pengiklan cukup jelas bahwa apa yang ditargetkan adalah semakin populernya komoditi yang dijajakan melalui beragam iklan. 

Sementara dari para pemilik dan pengelola media, seperti televisi, rating dari setiap program acara yang ditayangkan menjadi modal untuk meraih para pengiklan di medianya. 

Dan dari para pembuat program acara, seperti berbagai rumah produksi, selalu berlomba-lomba untuk menghasilkan paket kejar tayang yang laku di pasar media masa kini alias berdaya rating tinggi. 

Inilah siklus atau mata rantai dari tahap demi tahap dalam simulakra yang mampu menciptakan realitas yang seolah-olah lebih real dari realitas yang sebenarnya. 

Dengan kata lain, berbagai tontonan yang seakan-akan telah memberi penghiburan, seperti melalui sinetron, memang menjadi pelipur duka atau lara seusai bergelut dengan susah payah dalam hidup sehari-hari.

Dari ketiga hal di atas, tampaknya pandemi yang sedang merajalela saat ini hanya dihadapi dan ditangani tak lebih dari sekadar menonton tayangan sebuah sinetron. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun