Mohon tunggu...
Winarto -
Winarto - Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

noord oost zuid west, thuis best.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Kuliah Sambil Kerja, Bukan Hanya Orientasi Duit

25 Mei 2012   05:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:49 2566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13379344091484906525

[caption id="attachment_190431" align="aligncenter" width="432" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Kuliah Sambil Kerja

Mengambil keputusan untuk berkuliah di luar kota, bagi saya menjadi sebuah masa yang bersejarah dalam kehidupan saya dan keluarga. Tidak mudah untuk berjalan dengan keputusan tersebut, mengingat secara finansial, kuliah di luar kota membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk ukuran ekonomi keluarga saya. Bapak dan Emak saya sempat menghalangi saya untuk berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Alasan mereka adalah, apakah bisa membiayai hingga selesai kuliah? Pertanyaan itu terus "mengganggu" karena profesi Bapak yang bekerja sebagai seorang tukang sampah dan Emak yang berjualan pecel di rumah. Dengan gaji yang tidak tinggi, pertanyaan itu memang relevan dan pantas untuk dilayangkan dan dipertimbangkan.

Setelah melalui diskusi yang panjang, akhirnya saya diperbolehkan kuliah di Kota Salatiga, dengan catatan mau rekoso dan susah. Orang tua akan berusaha sekuat tenaga untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kuliah. Kalau untuk kebutuhan sehari-hari, saya diminta untuk menerima apa yang ada. Saya mengiyakan. Saya pun mengatakan bahwa saya akan mencari kerja dan mendaftar beasiswa dengan maksud agar membantu meringankan beban orang tua. Saya percaya akan ada jalan.

Tahun 2003/2004, di tahun pertama, saya memang tidak bekerja sebagaimana yang telah saya rencanakan. Orientasi pertama saya adalah belajar supaya mendapatkan nilai IPK yang tinggi. Saya sadar betul, bahwa nilai tersebut nantinya akan sangat membantu dalam mewujudkan rencana-rencana yang telah saya susun. Awal-awal kuliah adalah masa-masa krusial bagi tahapan penyelesaian perkuliahan, oleh sebab itu saya perlu memanfaatkan kesempatan tersebut agar tidak menyesal dan mengulang di semester berikutnya. Dengan nilai yang tinggi, saya berpeluang untuk mendapatkan pekerjaan sebagai asisten dosen, asisten penelitian hingga mendapatkan beasiswa.

Tuhan membuka jalan. Nilai semester pertama dan kedua sangat memuaskan. Dengan bekal tersebut saya memberanikan diri mendaftar sebagai asisten dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Saya diterima. Dalam catatan saya, sejak tahun ajaran 2004/2005 hingga awal tahun 2008, saya bekerja sebagai asisten dosen untuk matakuliah Aplikasi Teknologi Informasi, Statistika dan Ekonometrika. Pekerjaan utamanya adalah masuk di laboratorium komputer di kelas dosen matakuliah tersebut dan bertugas untuk membantu mahasiswa yang mengambil matakuliah. Sesekali, saya juga diminta untuk mengisi apabila dosen berhalangan hadir.

Selain kuliah, saya juga tidak melupakan aktivitas berorganisasi mahasiswa. Meskipun tidak ada imbalan finansial, tapi saya menganggap bahwa saya juga bekerja. Aktivitasnya berupa turut serta dalam kepanitiaan dan menjadi pengurus. Di bagian ini, saya ibarat sekali merengguh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Mengapa? Melalui aktivitas di organisasi mahasiswa, selain saya mendapatkan pengalaman berorganisasi dan menambah jejaring, saya juga mendapatkan point keaktifan yang dipakai sebagai syarat kelulusan. Sistem Point Card yang diterapkan tersebut mensyaratkan total angka tertentu supaya seorang mahasiswa bisa mendapat sertifikat kelulusan.

Jika dituliskan dalam agenda harian, aktivitas saya terhitung banyak dan padat. Namun demikian, saya begitu menikmati aktivitas tersebut. Kuliah tetap menjadi prioritas utama, sedangkan pekerjaan dan aktivitas keorganisasian menjadi kegiatan yang mendukung dan menyeimbangkan kegiatan perkuliahan. Saya memiliki keyakinan bahwa aktivitas-aktivitas yang saya kerjakan akan sangat memiliki manfaat sebagai media pengembangan diri.

Merenda Masa Depan

Kembali ke kisah saya bersama dengan keluarga. Ketika saya diterima sebagai asisten dosen, saya cukup bangga karena perkataan saya kepada orang tua bisa saya buktikan. Walaupun secara finansial, gaji yang saya terima kecil, tapi saya sangat bersyukur ketika masa-masa akhir perkuliahan mengambil gaji sebagai imbalan pekerjaan sebagai asisten dosen. Uang tersebut saya pakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan biaya hidup yang relatif murah, kalau makan cukup nasi bungkus lima ribu rupiah, saya hidup tidak kekurangan. Saya bisa meringankan beban finansial orang tua karena saya sebetulnya  perkewuh ketika meminta uang atau diberi uang oleh orang tua.

Saya sangat bersyukur memiliki orang tua yang luar biasa. Dengan kemampuan yang mereka miliki, mereka menginvestasikan anak-anaknya melalui pendidikan. Saya selalu deg-degan ketika meminta uang kuliah, tetapi ketika saya meminta, entah bagaimana orang tua mengatur keuangan, uang kuliah itu selalu dibayar tepat waktu dan tidak terlambat. Oleh sebab itulah, saya akan merasa sangat bersalah ketika saya tidak memiliki belajar dengan baik. Saya sangat percaya bahwa prestasi di sekolah yang bisa membuat orang tua bangga dan mampu mengangkat derajat kehidupan keluarga.

Selain serius belajar, saya juga berusaha untuk meringankan finansial keluarga. Jalannya melalui bekerja sebagai asisten dosen seperti yang saya ceritakan di bagian pertama. Dengan aktif berorganisasi juga, saya memberanikan diri mendaftar salah satu program beasiswa yang diumumkan di kampus. Melihat kriteria yang disyaratkan, saya mengumpulkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan, misalkan mengisi formulir, transkrip, fotokopi identitas, Kartu KK hingga surat keterangan tidak mampu dari kelurahan. Di formulir pendaftaran, saya menuliskan aktivitas dan kegiatan saya karena biasanya hal itu akan menjadi bahan pertimbangan.

Hasilnya, saya berhasil mendapatkan beasiswa PPA dari Dikti. Bagaimana saya tidak bersyukur ketika saya mendapat pengumuman tersebut. Beasiswa tersebut saya pakai untuk membayar uang kuliah. Dengan kata lain, saya telah meringankan beban pikiran orang tua. Mendapatkan beasiswa PPA itu, saya juga diharuskan untuk bekerja dengan total jam tertentu di salah satu unit di kampus atau fakultas. Dengan senang hati saya melakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun