Mohon tunggu...
Winarno MTsN 1 Bandar Lampung
Winarno MTsN 1 Bandar Lampung Mohon Tunggu... Guru - guru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru gemar fotografi, citytour dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pantai Sukaraja, Bandar Lampung, Lampung

11 Juli 2023   10:22 Diperbarui: 13 Juli 2023   15:38 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media diramaikan dengan berita viral tentang pantai Sukaraja yang didaulat menjadi pantai terkotor nomor 2 di Indonesia. Adalah grup Pandawara yang merupakan kelompok lima pemuda yang terdiri dari Gilang, Rifqi, Agung, Iksan, dan Rafly yang merupakan teman satu SMA, mereka merasa resah, sehingga mengambil inisiatif membersihkan sampah di sungai dan tempat umum lainnya. 

Kegiatan pembersiah pantai dilakukan pada Minggu, 8 Juli 2023, Pemkot Bandar Lampung menjadi leading sector dalam kegiatan ini, setidaknya 300 ton sampah berhasil dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung, sebanyak 40 armada truk pengangkut sampah dikerahkan. 

Dua belas tahun yang lalu, penulis mendampingi wawancara yang dilakukan oleh reporter bulletin bijak, salah satu kegiatan ekstrakurikuler di MTsN 1 Bandar Lampung, kepada salah seorang nelayan di tempat pelelangan ikan (TPI) Sukaraja. Persiapan yang dilakukan adalah meminta ijin kepada orangtua/wali siswa. Surat ijin ditandatangani oleh pembina mading dan diketahui oleh kepala madrasah. Surat tertanggal senin 25 juli 2011 disampaikan pada hari itu juga kepada ortu siswa melalui siswa pada hari itu juga.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Selasa 26 Juli 2011, siswa krew mading membawa surat ijin dari ortu, saat bell jam ke 8 berakhir, berkumpul di ruang multimedia untuk mengikuti briefing tentang panduan wawancara/observasi. Sejenak kemudian, krew mading menuju pelataran parkir sekolah, 2 buah mobil sudah siap menunggu mereka. 1 mobil pendamping (guru), 1 mobil ortu siswa yang dengan sukarela mendampingi putrinya.
Aktifitas Nelayan Menarik Jaring, Dokumen Pribadi
Aktifitas Nelayan Menarik Jaring, Dokumen Pribadi
Tak lama waktu berselang mobil bergerak keluar gerbang sekolah, menelusuri jalan KH Ahmad Dahlan, ke arah Teluk Betung, lalu masuk ke jalan Laksamana Malahayati. Iringan-iringan kendaraan berhenti selama kurang lebih 30 menit untuk makan siang di sebuah rumah makan, sebagian crew makan bekal yang sudah dibawa dari rumah, beberapa lainnya makan sesuai dengan pilihan masing-masing. Selanjutnya rombongan bergerak menuju tempat pelelangan ikan Sukaraja, yang berada di belakang Puskesmas Sukaraja, cuaca sangat cerah hari ini. Tampak beberapa nelayan sedang menarik jaring, para ibu-ibu sedang menunggui dagangannya.

Interview dengan bocah nelayan, Dokumen Pribadi
Interview dengan bocah nelayan, Dokumen Pribadi

Salah satu crew, Ade Nurul, melakukan wawancara dengan Pak Joko (bukan nama sebenarnya) adalah warga kampung nelayan. Kampung nelayan ini terletak di Sukaraja. Teluk Betung. Kampung ini berada di tepi laut. Sebagian kepala keluarga di kampung tersebut bermata pencaharian sebagai nelayan, sedangkan para ibu sebagai penjual ikan. Pak Joko adalah salah seorang warga yang bekerja sebagai nelayan. Ia biasanya menaruh jaring di laut pukul 04:00 WIB, ia melakukannya secara berkelompok bersama teman -temannya, dalam 1 jaring ada 4 tali.

Interview dengan Nelayan, Dokumen Pribadi
Interview dengan Nelayan, Dokumen Pribadi

Saat ingin menarik jaring dibutuhkan banyak tenaga, satu tali dibutuhkan 6 orang dewasa untuk menariknya. Jadi, ada 24 orang yang menarik jaring, terkadang saat menarik jaring anak anak kecil di sekitar kampung nelayan ikut serta membantu.  Pak Joko sudah lama bekerja sebagai nelayan sudah sejak dulu, sudah banyak suka duka yang dialami pak Joko. Saat kami bertanya kepadanya, "Pak, apa suka-duka bapak selama bekerja?" "Bapak sukanya saat ikan banyak, kalo duka saat tidak ada ikan", jawabnya.

Wawancara dengan penjual ikan, Dokumen Pribadi
Wawancara dengan penjual ikan, Dokumen Pribadi

Selain itu Ade Nurul juga melakukan wawanacara dengan Ibu Rahmat. Ia adalah salah seorang dari banyak penduduk kampung nelayan yang sedang berada di Pasar Ikan Sukaraja, Teluk Betung. Tak hanya nelayan pekerjaan yang banyak di lakoni penduduk kampung nelayan. Akan tetapi, ada juga yang bermata pencaharian sebagai penjual ikan. Ibu Rahmat sudah bekerja sebagai penjual ikan selama 5 (lima) tahun. Ia menjual ikan di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Sukaraja. Pendapatan ibu Rahmat tidak cukup besar. Pendapatan paling banyak Bu Rahmat sebesar Rp. 30.000 per hari. Pendapatan paling sedikit sebesar Rp. 5.000 per hari. Pendapatannya yang minim tidak membuatnya patah semangat, ia tetap berjuang berjualan disini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun