Mohon tunggu...
Wina Eka Rahmidiani
Wina Eka Rahmidiani Mohon Tunggu... Mahasiswa

-Present is the key to the past- Meanwhile -Present is the key to predict the future- So -Be present and enjoy your each moment-

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kalau surga ada di perempuan, lantas mengapa penghuni neraka kebanyakan adalah seorang wanita???

20 Mei 2025   10:44 Diperbarui: 20 Mei 2025   10:44 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Saya agak tergelitik untuk membahas hal yang berhubungan dengan kaum saya sendiri, setidaknya menurut kacamata saya yang kufur ilmu ini.

1. Karna wanita senang mempercantik diri.

Kenapa? Mari kita bahas lebih dalam.
Kita semua tau, kalau di agama Islam thaharah adalah satu-satunya gerbang masuk menuju ibadah apapun, lantas bagaimana apabila thaharah nya tidak sempurna?
Mari kita renungi bersama.

Makeup halal.
Wanita mana yang tidak senang menjadi cantik?
Saya rasa kebanyakan wanita senang sekali bermain dengan makeup.
Apalagi wanita era modern yang kebanyakan sibuk bekerja dan di tuntut cantik sepanjang hari seringkali mencari makeup yang bisa bertahan seharian tanpa harus repot touchup.
Karna kebutuhan tersebut lantas makeup waterproof tapi "halal" dan tidak luntur dipakai wudhu pun laku keras di pasaran.

Namun yang perlu menjadi perhatian adalah tidak semua makeup, sekalipun berlabel "halal" bisa digunakan ketika wudhu, apalagi makeup waterproof yang berarti "tahan air".
Salah satu syarat sah wudhu yakni air dapat menyentuh kulit dan pori pori tanpa adanya penghalang, lantas bagaimana dengan makeup yang "waterproof tapi halal" itu? Apakah tidak boleh digunakan? Boleh saja, namun tetap perlu di remove dulu dengan remover khusus makeup waterproof sebelum mulai berwudhu.


Nail art halal.
Wanita mana yang tidak senang melihat kuku lentik nan cantik dengan polesan warna indah yang dapat bertahan hingga berbulan-bulan lamanya?
Dulu ketika hendak nail art harus menunggu periode datang bulan dulu, dan setelah seminggu kemudian harus dihapus lagi untuk kembali solat.

Lantas belakangan muncul fenomena "nail art halal" dengan statement "bisa dipakai solat"
Hatiku kembali tergelitik, apakah bisa sah dipakai solat memiliki arti yang sama dengan bisa sah dipakai wudhu?
Bukankah lapisan cat kuku tersebut tetap menghalangi aliran air, sekalipun komposisinya terdiri dari bahan yang halal?

Mungkin memang bisa dipakai solat,
jika melakukan nail art nya setelah wudhu, dan bisa jaga wudhu.

Tapi siapa yang bisa "jaga wudhu" tanpa batal berbulan-bulan lamanya?


Terdapat mis-konsepsi di kalangan wanita, disebutkan halal itu adalah komponen bahan penyusun makeup dan cat kuku tersebut, bukan lantas serta merta dapat digunakan berwudhu

Halal itu bare minimum.
Memang harus halal.

Kalau hanya karna halal semua jadi boleh, seolah hanya penghalang air yang haram saja yang perlu dibersihkan dulu sebelum berwudhu.
Justru, bukankah kita sudah paham bahwa yang haram itu bagaimanapun kondisinya tidak boleh di dekati?

Semoga hanya mis konsepsi saja ya, bukan denial sudah tau tidak boleh tetap dilakukan dengan berlindung pada kata "halal".

2. Stok "kata" perempuan lebih banyak.

Perempuan itu dalam sehari mengeluarkan 20.000 kata sementara laki-laki hanya 7.000 kata.
Seringkali stok kata tersebut digunakan untuk bergosip dengan sesama perempuan.
Sementara dikatakan ghibah adalah termasuk dosa besar.


Menentukan dosa atau pahala itu hak prerogatif Allah, namun sebagai makhluk yang diberikan akal pikiran, kita bisa berpikir tindakan mana yang lebih dekat ke pahala ketimbang dosa, kan?
Bisa dibayangkan seberuntung apa seorang wanita apabila stok 20.000 kata itu digunakan untuk berdzikir dan bersholawat? 

Masyaallah

Semoga Allah jauhkan kita semua dari siksa api neraka

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun