Oleh: Wima Harsono
Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat Daya, adalah permata keanekaragaman hayati laut dunia. Dijuluki "jantung Segitiga Terumbu Karang," wilayah ini bukan hanya surga bagi penyelam dan peneliti, melainkan juga rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna endemik.Â
Namun, di balik pesona bawah lautnya yang memukau, Raja Ampat menyimpan potensi konflik abadi.
Pertambangan nikel, yang kini kembali mencuat sebagai isu nasional karena kekhawatiran akan dampak kerusakan lingkungannya.
Akar Sejarah Perizinan.Â
Jejak Panjang Kontrak Karya
Kontroversi penambangan nikel di Raja Ampat bukanlah fenomena baru.Â
Akarnya tertanam jauh dalam sejarah regulasi pertambangan Indonesia. Salah satu entitas utama yang menjadi sorotan adalah PT Gag Nikel, anak perusahaan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk.Â
Jejak langkah PT Gag Nikel di Pulau Gag, Waigeo Barat, Raja Ampat, sudah dimulai sejak era Orde Baru.
Pada tahun 1998 PT Gag Nikel menandatangani Kontrak Karya (KK) dengan pemerintah Indonesia.Â