Mohon tunggu...
WIMA Harsono
WIMA Harsono Mohon Tunggu... Pemerhati Lingkungan, Sosial, Politik dan Religi

Pemerhati Lingkungan, Sosial, Politik dan Religi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Penambang Nikel Raja Ampat, Antara Kemakmuran dan Kerusakan Lingkungan

18 Juli 2025   04:33 Diperbarui: 18 Juli 2025   04:33 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Koleksi Pribadi

Oleh: Wima Harsono

Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat Daya, adalah permata keanekaragaman hayati laut dunia. Dijuluki "jantung Segitiga Terumbu Karang," wilayah ini bukan hanya surga bagi penyelam dan peneliti, melainkan juga rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna endemik. 

Namun, di balik pesona bawah lautnya yang memukau, Raja Ampat menyimpan potensi konflik abadi.

Pertambangan nikel, yang kini kembali mencuat sebagai isu nasional karena kekhawatiran akan dampak kerusakan lingkungannya.

Akar Sejarah Perizinan. 

Jejak Panjang Kontrak Karya

Kontroversi penambangan nikel di Raja Ampat bukanlah fenomena baru. 

Akarnya tertanam jauh dalam sejarah regulasi pertambangan Indonesia. Salah satu entitas utama yang menjadi sorotan adalah PT Gag Nikel, anak perusahaan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. 

Jejak langkah PT Gag Nikel di Pulau Gag, Waigeo Barat, Raja Ampat, sudah dimulai sejak era Orde Baru.

Pada tahun 1998 PT Gag Nikel menandatangani Kontrak Karya (KK) dengan pemerintah Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun