Tak terasa September lalu saya memasuki semester tujuh. Pada semester tujuh ini saya bisa mengambil mata kuliah PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) yang sebenarnya saya dulu mengalami PKL saat smk dan kuliah saya mengalami PPL namun bedanya di ranah pendidikan. Butuh proses tentunya untuk mendapatkan kelompok. Bahkan saya menghubungi pihak kampus dari bulan Juli untuk bertanya mengenai pelaksanaan PPL.
Banyak yang lalu di lewati akhirnya mendapatkan kelompok yang tentunya dari orang yang saya kenal baik di jurusan saya dan teman-teman bahasa inggris yang bergabung dan saat itu juga baru kenal karena tim ppl.
Untuk mendapatkan kelompok ini prosesnya panjang dan mendapatkannya pun sampai seharian penuh dari pagi sampai ketemu sore. Pada saat itu menemukan SMPN 103 Cijantung yang letaknya tak jauh dari kampus. Dalam pencariannya pun hanya perwakilan beberapa yang masuk untuk berkomunikasi yang ternyata diperbolehkan. Selepas itu tentunya kami sering kumpul untuk mengobrol dan persiapan berkasnya agar mendapatkan surat dari pihak kampus.
Bisa dibilang 2-3 kali ke kampus menanyakan perihal jadwal sampai penyerahan surat dari kampus. Sampai akhirnya tanggal 2 Oktober 2023 barulah kami di mulai ppl. Saat itu walau sebenarnya bukanlah jadwal saya. Tetapi saya ingin masuk untuk melihat kondisi sekolah.
Setelah sekian lama tidak memasuki kawasan sekolah. Jadi cukup kaget dan apalagi sekolah negeri sebagai lulusan swasta cukup berbeda dengan saya ekspetasikan. Bahkan kami ikut nimbrung ikut jajan di kantin. Namun di hari pertama saya gunakan untuk observasi di kelas 8-6.
Lalu di hari kedua saya gunakan untuk observasi lagi di kelas 8-10 (Kelas yang saya pilih). Namun bedanya saya hanya sendiri sebagai perwakilan bahasa indonesia karena setiap harinya kami memiliki jadwal yang berbeda. Kemudian di hari ketiga saya sudah ada persiapan mengajar yang tentunya merasakan deg-degan.
Saya masuk dua kelas yaitu kelas 8-6 dan kelas 8-10 yang untungnya materinya sama. Yang tentunya saya mengajari dengan cara yang saya bisa. Walau sebenarnya sebagai introvert yang harus melawan 36 siswa kali 2 itu agak sulit. Yang tentunya pertama-tama persiapan hati dan diri lebih dahulu.
Di hari selanjutnya (Selasa) saya menjalani mengajar di kelas 8-10. Lalu setelah selesai kelas pun piket sendirian di lantai tiga.Â
Dengan fasilitas yang tersedia tentunya membantu saya dalam pembelajaran selama empat pertemuan pertama. Jujur saya tidak menggunakan spidol karena berpikir lebih bagus mode proyektor. Namun tersadar nanti di penilaian ada dimana poin saya harus menggunakan spidol. Otomatis saya membeli spidol kedepannya.
Hari ke-hari dengan penuh teliti. Saya mengajar sesuai dengan modul ajar yang sudah saya buat dan sudah diketahui oleh guru pamong saya. Jujur dalam kehidupan saya sendiri, momen dimana bisa di sapa murid sekadar di sapa atau salim kepada saya menjadi suatu kebahagiaan bagi saya karena mereka sopan kepada saya kepada anak ppl. Bahkan untuk di ingat saja pun saya agak tersanjung walaupun jujur belum bisa menghafal nama-nama siswanya.
Untuk memenuhi nilai untuk mereka. Saya berinisiatif mendokumentasikan dalam foto hasil dan siswa-siswi yang membuatnya. Selain itu juga saya tak lupa mendokumentasikan selama saya mengajar yang dimana di bantu oleh teman saya yang sangat terbantu.
Hingga akhirnya di hari terakhir di berikan kesempatan yang dimana mengisi acara literasi. Yang dimana dengan tema Literasi Bahasa Indonesia.
Selama berdiri di depan sebenarnya deg-degan ya bagaimana tidak  ?. Tentunya jadi pusat perhatian siswa-siswi, guru dan staff sekolah yang ikut melihat. Dengan membawakan puisi, pembacaan sumpah pemuda sampai tanya jawab berisi hadiah. Tetapi saat kami ingin mengatakan perpisahan rasanya tiba-tiba berasa baper tapi masih di tahan. Kalau bisa di bilang ternyata waktu begitu cepat.
Setelah mendapatkan kesempatan yang baik di sekolah ini, di kenal siswa-siswinya, di kenal guru-guru. Jadi baru merasakan rasanya menjadi guru seperti ini posisinya. Apalagi teringat ucapan kepala sekolah bahwa kami memang guru baru tetapi setara dengan guru yang lainnya yang dalam keadaan belajar mencari pengalaman di sekolah ini.
Kesan saya terhadap kepala sekolah yang melayani dengan hati tentunya membuat saya membekas di ingatan yang begitu baik dengan kelompok ppl.
Banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa saya dapat menjadi guru di SMP Negeri 103 Jakarta. Saya tentunya banyak bersyukur karena diberikan kesempatan inilah menjadi banyak tahu yang sebelumnya belum banyak yang saya ketahui menjadi guru. Yang mungkin saja di masa depan saya menjadi guru.
Tetapi namanya manusia yang tak sempurna ini ada kekurangan yang dimana saya memang introvert harus mempersiapkan diri lebih dahulu dalam beberapa menit baru bisa mengajar. Saya juga menghargai siswa-siswi yang ingin memperhatikan saya yang membantu kondusifkan kelas, meski pun mempunyai suara yang keras pun masih ada rasa malu-malu dari introvert.
Dan kalau tidak berani mencoba sekarang, ya kapan lagi?
Dari 8 kali pertemuan inilah yang menjadi pengalaman berharga saya
Yang kedepannya saya melanjutkan persiapan seminar proposal sampai skripsi di depan mata.