Atas nama "anti-Zionisme", orang-orang mengulangi cercaan yang lazim bahwa orang Yahudi menyebarkan penyakit, sementara seorang pembuat petisi ke pengadilan tinggi Pakistan menuduh bahwa Muslim disuntik tidak hanya dengan DNA babi dan simpanse, tetapi juga microchip yang dapat dilacak.
Skeptisisme politik mewabah di dunia Muslim dan berdampak kepada upaya vaksinasi.
Setidaknya satu teori konspirasi yang melibatkan vaksinasi Muslim memang nyata: operasi tahun 2011 untuk mencari dan membunuh Osama bin Laden di Abbottabad dimulai dengan operasi pengumpulan intelijen CIA yang disamarkan sebagai upaya penyuntikan. Tapi bukan kebetulan bahwa plot tersebut sekarang dihembuskan sama kuat dengan fantasi yang diasosiasikan dengan kultus sekuler seperti QAnon.
Jaringan komunikasi global memungkinkan orang-orang yang gelisah di mana pun untuk berbagi ide yang biasanya mereka anggap paranoid atau konyol. Penolakan vaksin menggambarkan tantangan krusial yang ditimbulkan oleh pandemi ini: meski COVID-19 menghadirkan ancaman universal, kecurigaan mengaburkan upaya bersama untuk lepas darinya.
Padahal, keberadaan vaksin adalah hasil dari kolaborasi multikultural. Perawatan eksperimental yang memuncak pada inokulasi pertama Edward Jenner pada tahun 1796 tumbuh dari pencegahan cacar yang dipelajari dari kekaisaran Ottoman dan China.
Manfaat medis multikulturalisme tidak hanya bersifat historis. Pasangan yang mensintesis vaksin Pfizer / BioNTech keduanya adalah warga Jerman dengan identitas Muslim Turki.
Bukan hal bijaksana menentang vaksinasi sembari membawa identitas Muslim. Terlalu banyak orang yang tertular penyakit karena kekurangan imunisasi sudah tinggal di negara bagian yang mayoritas Muslim, dan meskipun Covid-19 tidak memiliki agama, COVID-19 semakin berat efeknya ditinjau berdasarkan ras.
Penelitian telah membuktikan dengan jelas bahwa orang kulit hitam dan Asia terinfeksi dan dirawat di rumah sakit secara tidak proporsional, dan statistik kematian menunjukkan bahwa mereka lebih mungkin meninggal. Seperti yang sering dikatakan oleh para sarjana syariah, vaksinasi bukan hanya pilihan yang diizinkan bagi umat Islam.
Baca juga: "Akankah Vaksin Menjadi Fase Penutup Serial Drama Pandemi?" oleh Mahir Martin
Vaksinasi membantu melindungi orang lain, sebuah upaya yang bagi Umat Islam disebut fard kifaya - kewajiban kolektif.