Nurul Azmi, atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Azmi, adalah seorang konten kreator yang namanya mulai dikenal publik lewat konten-konten "halunya" di media sosial. Lewat persona sultan yang ia perankan, banyak netizen yang awalnya menghujat dan meragukan keasliannya. Namun, di balik citra yang ia tampilkan, perjalanan hidupnya jauh lebih kompleks dan penuh perjuangan.
Dari Konten Halu hingga Menjadi Konten Kreator Berpengaruh
Azmi memulai perjalanannya di dunia digital dengan konten halu yang menampilkan dirinya sebagai seorang sultan. Gaya bercandanya yang berani dan unik membuatnya cepat viral. Namun, kepopulerannya itu juga datang dengan berbagai hujatan. Banyak yang menganggapnya hanya mencari perhatian dan berpura-pura kaya.
Namun, di balik layar, hidup Azmi jauh dari kemewahan yang ia tampilkan. Ia hanya seorang perempuan muda yang sedang berjuang dalam kehidupan rumah tangganya yang penuh tantangan. Justru dari pengalaman pribadinya, ia semakin menemukan arah baru dalam karier kontennya.
Setelah melewati banyak cobaan, Azmi mengubah pendekatan kontennya. Kini, ia lebih banyak membagikan kisah perjuangannya sebagai ibu tunggal, bagaimana ia membangun kehidupannya kembali, serta memberikan motivasi kepada perempuan lain agar tidak takut untuk bangkit.
Kontennya pun semakin menarik perhatian publik. Dari yang awalnya hanya dikenal karena persona halunya, kini Azmi dihormati karena keberanian dan keteguhannya dalam menghadapi hidup. Ia juga mulai mengembangkan berbagai topik lain seperti traveling, gym, dan gaya hidup sehat, menunjukkan transformasi dirinya dari seorang perempuan yang dulu hidup dalam keterbatasan menjadi sosok yang mandiri dan inspiratif.
Menikah di Usia Muda dan Hidup Sederhana
Azmi menikah pada usia 17 tahun dan memilih tinggal di rumah pantai milik neneknya. Bersama suaminya, mereka menjalani kehidupan sederhana dengan ekonomi yang pas-pasan. Azmi mendampingi suaminya dari nol, berharap dapat membangun kehidupan yang lebih baik bersama.
Namun, seiring waktu, ujian demi ujian datang menghampiri rumah tangganya. Saat hamil anak kedua, suaminya pergi ke kampung halaman dengan alasan mencari pekerjaan. Sayangnya, selama kepergiannya, ia tidak pernah benar-benar bekerja ataupun mengirimkan nafkah untuk istri dan anak-anaknya. Kondisi ekonomi semakin sulit, bahkan Azmi pernah bertahan hidup hanya dengan nasi dan garam selama satu bulan. Rasa malu untuk meminta bantuan orang tua membuatnya harus berjuang sendirian.
Pertengkaran dan Campur Tangan Keluarga Suami
Selain masalah ekonomi, pernikahan Azmi juga diwarnai oleh campur tangan pihak keluarga suami. Setiap kali terjadi konflik, ia selalu disalahkan oleh ipar dan mertuanya. Kondisi ini semakin memperburuk hubungan mereka, terutama setelah kelahiran anak kedua.
Alih-alih memberikan perhatian lebih kepada istri dan anak-anaknya, sang suami justru semakin menunjukkan sikap tidak peduli. Ia sering mengadu domba Azmi dengan orang tuanya sendiri dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan. Merasa tidak sanggup lagi menjalani pernikahan yang toxic, Azmi meminta cerai. Namun, suaminya menolak untuk berpisah.
Merantau ke Jakarta dan Bangkit dari Keterpurukan
Tidak ingin terus-menerus terjebak dalam hubungan yang menyakitkan, Azmi akhirnya memutuskan untuk merantau ke Jakarta dengan membawa kedua anaknya. Di ibu kota, ia mulai membangun kehidupannya kembali dari nol sebagai seorang konten kreator.
Bermodal tekad kuat dan kreativitasnya, Azmi mulai membuat konten yang lebih jujur dan relatable bagi banyak orang. Ia berbagi kisah perjuangannya, suka duka menjadi ibu tunggal, hingga momen-momen di mana ia harus bertahan hidup tanpa dukungan dari suaminya.
Kesuksesannya di dunia digital akhirnya membuahkan hasil nyata. Berkat penghasilannya sebagai konten kreator, ia berhasil membangun rumah di kampung tanpa bantuan dari suami. Bahkan, dalam proses pembangunan rumah tersebut, ayah dari sang suami ikut bekerja sebagai kuli dan tetap digaji layaknya pekerja biasa. Meskipun situasinya sulit, Azmi tidak menyimpan dendam dan tetap bersikap profesional.
Teror dan Fitnah dari Sang Suami
Meski sudah lebih dari dua tahun tidak berkomunikasi, suami Azmi masih terus menerornya melalui teman-temannya. Setiap kali Azmi terlihat bersama seorang pria---meskipun itu hanya temannya---orang tersebut akan langsung dihubungi dan diancam oleh sang suami.
Tidak hanya itu, suaminya juga menyebarkan cerita bahwa Azmi meninggalkannya karena perselingkuhan dan karena sudah memiliki harta. Padahal, kenyataannya berbeda jauh. Azmi sudah lama berpisah ranjang dan tidak pernah lagi mendapat nafkah dari suami. Bahkan, untuk anak-anaknya, sang suami hanya mengirimkan uang Rp300 ribu setiap tiga atau empat bulan sekali.
Tetap Bertahan dan Berkembang di Dunia Digital
Kini, Azmi tetap fokus menjalani kehidupannya sebagai ibu tunggal sekaligus konten kreator. Dengan platform media sosial yang terus berkembang, ia semakin dikenal sebagai sosok yang inspiratif. Dari konten halu yang penuh drama hingga konten motivasi yang menggerakkan banyak orang, Azmi telah membuktikan bahwa ia bukan hanya sekadar bahan hujatan, tetapi seorang pejuang kehidupan sejati.
Ia kini lebih aktif berbagi cerita tentang self-love, bagaimana bangkit dari keterpurukan, dan pentingnya kemandirian finansial bagi perempuan. Banyak pengikutnya yang merasa terinspirasi dan bahkan menjadikannya sebagai motivasi untuk keluar dari hubungan toxic.
Tidak hanya sukses secara finansial, Azmi juga terus mengembangkan diri. Ia mulai menekuni gym dan traveling sebagai bagian dari gaya hidupnya, menunjukkan bahwa dirinya kini lebih kuat dan lebih bahagia dibanding masa lalu.
"Aku hanya ingin hidup tenang bersama anak-anakku. Semua yang aku lakukan selama ini adalah demi mereka," ungkap Azmi dalam salah satu unggahan media sosialnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI