Alih-alih memberikan perhatian lebih kepada istri dan anak-anaknya, sang suami justru semakin menunjukkan sikap tidak peduli. Ia sering mengadu domba Azmi dengan orang tuanya sendiri dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan. Merasa tidak sanggup lagi menjalani pernikahan yang toxic, Azmi meminta cerai. Namun, suaminya menolak untuk berpisah.
Merantau ke Jakarta dan Bangkit dari Keterpurukan
Tidak ingin terus-menerus terjebak dalam hubungan yang menyakitkan, Azmi akhirnya memutuskan untuk merantau ke Jakarta dengan membawa kedua anaknya. Di ibu kota, ia mulai membangun kehidupannya kembali dari nol sebagai seorang konten kreator.
Bermodal tekad kuat dan kreativitasnya, Azmi mulai membuat konten yang lebih jujur dan relatable bagi banyak orang. Ia berbagi kisah perjuangannya, suka duka menjadi ibu tunggal, hingga momen-momen di mana ia harus bertahan hidup tanpa dukungan dari suaminya.
Kesuksesannya di dunia digital akhirnya membuahkan hasil nyata. Berkat penghasilannya sebagai konten kreator, ia berhasil membangun rumah di kampung tanpa bantuan dari suami. Bahkan, dalam proses pembangunan rumah tersebut, ayah dari sang suami ikut bekerja sebagai kuli dan tetap digaji layaknya pekerja biasa. Meskipun situasinya sulit, Azmi tidak menyimpan dendam dan tetap bersikap profesional.
Teror dan Fitnah dari Sang Suami
Meski sudah lebih dari dua tahun tidak berkomunikasi, suami Azmi masih terus menerornya melalui teman-temannya. Setiap kali Azmi terlihat bersama seorang pria---meskipun itu hanya temannya---orang tersebut akan langsung dihubungi dan diancam oleh sang suami.
Tidak hanya itu, suaminya juga menyebarkan cerita bahwa Azmi meninggalkannya karena perselingkuhan dan karena sudah memiliki harta. Padahal, kenyataannya berbeda jauh. Azmi sudah lama berpisah ranjang dan tidak pernah lagi mendapat nafkah dari suami. Bahkan, untuk anak-anaknya, sang suami hanya mengirimkan uang Rp300 ribu setiap tiga atau empat bulan sekali.
Tetap Bertahan dan Berkembang di Dunia Digital