Cerita ini hanyalah fiksi, apabila ada yang mengalami kejadian yang sama ,maka itu hanya kebetulan belaka.
Aku masih ingat kejadian saat aku berusia 5 tahun, ayah tiba-tiba harus dilarikan ke rumah sakit,dan ibu memelukku erat sembari menangis didepan ruang rawat. Aku yang masih kecil hanya dapat terheran-heran melihat ibuku yang menangis pedih,tak lama tangisan ibu berhenti setelah dokter keluar dari ruang rawat ayah. Dokter mengatakan sesuatu yang belum bisa aku pahami saat itu,tetapi yang ku tahu pasti adalah raut wajah Ibuku yang kaget diiringi oleh air matanya yang jatuh mengalir di pipinya kembali mengalir deras.
Entah bagaimana caranya ,aku sudah berada di gendongan nenek ku, nenek terlihat sedih dan coba menahan air matanya .Nenek membawaku ke lobby depan rumah sakit,aku duduk di pangkuan nenek sembari mengayun-ayunkan kaki ku,beberapa menit berlalu dan aku baru sadar kalau nenekku tertidur pulas.
"Nak, sini!" Aku mendengar suara bisikan seseorang ,dan saat aku mengadahkan kepalaku, aku melihat ayahku berdiri tak jauh dariku sembari tersenyum lebar menatapku.
"Ayo nak,sini ke ayah!" Kata Ayah sembari melambai-lambaikan tangannya menyuruhku untuk mendekatinya.
Aku turun dari pangkuan nenek secara perlahan,dan mulai berjalan ke arah Ayah yang merentangkan kedua tangannya yang siap memelukku. Kurang beberapa langkah, seseorang tiba-tiba berkata,"Nak jangan kesana".
Refleks aku menoleh ke belakang,dan menemukan seorang perempuan cantik yang berlari mendekatiku,"Jangan kesana nak,ayo kesini!" . Dia akhirnya memelukku dan menggendongku erat.Saat aku menoleh ke arah depan,Ayah sudah menghilang .
Perempuan itu berpakaian putih seperti suster rumah sakit, lengkap dengan rambut yang diikat rapi seperti perawat pada umumnya ,dan dibagian dada kirinya ada sebuah nama "Erisa" . Ia mendudukkan ku di sebelah nenekku yang masih tertidur pulas.
"Anak cantik jangan kemana-mana ya, duduk manis disini sama nenek ya,kalau ada yang memanggil adik lagi jangan mau ta!" Setelah mengatakan itu, ia pun berjalan menjauh.
Nenek tiba-tiba terbangun dan sedikit terkejut melihatku duduk di sebelahnya dan bukan di pangkuannya,tapi nenek tidak terlalu mempermasalahkan dan menggendongku lagi.Kami kembali ke depan pintu ruang rawat Ayah.
Aku meminta turun dari gendongan nenek dan nenek pun menurutinya,aku berlari ke arah ibu dan memeluk kakinya.